Oleh: Fajar Romadhon
Sedari dulu
da’wah adalah jalan yang satu, jalan para Nabi dan Rasul serta para sahabat.
Jalan yang implementasinya perlu iman, amal, cinta dan persaudaraan. Da’wah
bukan hanya menyeru dan mengajak seseorang, lebih dari pada itu da’wah harus
bisa dimanifestasikan dalam bentuk menumbuhkembangkan, merawat dan melindungi
orang yang telah kita ajak dalam barisan da’wah ini dengan cinta dan harapan.
Da’wah itu seperti kita menanam pohon, yang senantiasa harus kita rawat dan lindungi
dari berbagai gangguan-gangguan.
Seperti
halnya Rasulullah yang berda’wah penuh dengan cinta dan harapan. Kisah Rasul
ketika berda’wah di Thaif menjadi salah satu bukti kisah inspiratif, yang
menjadi pengejawantahan cinta dan harapan dalam berda’wah. Da’wah Rasul di
Thaif tidak berbuah mulus, hanya mendapat lemparan batu dan kotoran unta,
ejekan, hinaan dan penolakan dari penduduk Thaif. Saat itu pula malaikat Jibril
menawarkan sesuatu pada Rasul: “Ya Rasulullah apakah engkau ingin aku (jibril)
timpakan dua gunung uhud kepada penduduk Thaif karena telah menolak seruanmu ?”.
Rasul menjawab dengan penuh cinta dan harapan: “Wahai jibril, janganlah engkau
timpakan penduduk Thaif dengan dua gunung uhud itu, mungkin ada salah satu anak
cucu dari mereka yang memeluk Islam”. Subhanallah
Karena pada
dasarnya hidayah hanya akan Allah berikan kepada mereka yang dikehendaki-Nya,
walaupun berbagai usaha telah kita lakukan. Sebagaimana firman Allah :