Jumat, 19 Desember 2014

Tafsir Paradigma Gerakan KAMMI



Tafsir Paradigma Gerakan KAMMI
Oleh: Fajar Romadhon

A.    Visi & Misi KAMMI
Visi merupakan tujuan yang hendak dicapai atau kondisi yang ingin diwujudkan. Dalam hasil Muktamar Nasional KAMMI yang ke 8 tahun 2013, Visi KAMMI yaitu sebagai wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin dalam upaya mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami.
            Jadi KAMMI berusaha untuk mencetak kader-kader yang nantinya akan disiapkan untuk menjadi pemimpin nasional. Nilai-nilai yang ditanamkan di KAMMI diharapkan akan menjadi landasan bagi seorang pemimpin Indonesia kedepannya. Menurut keyakinan KAMMI, perlu diproduksi kader-kader pemimpin nasional yang tangguh, yakni kader-kader pemimpin yang memiliki tingkat intelektualitas dan moralitas tinggi, tidak pernah sedikitpun berfikir untuk menyelewengkan amanah yang diberikan kepadanya, dan memahami apa yang harus diperbuat untuk membawa bangsanya pada ketinggian budi dengan tidak melupakan aspek materi (Siddiq, 2003: 211).
           
        Untuk memahami visi KAMMI agar lebih mudah, maka harus mengetahui kata kuncinya. Berikut penulis sajikan:
Penajaman Konsep Organisasi
Wadah Perjuangan Permanen
Desain Organisasi
Penajaman Konsep Pembentukan Kader
Kepemimpinan Masa Depan
Desain Manhaj Kaderisasi
Penajaman Konsep Transfomasi Ummat dan Bangsa
Bangsa dan Negara Indonesia yang Islami
Desain Tujuan Akhir


Penajaman Konsep Organisasi
Menurut Syamsudin Kadir, KAMMI adalah organisasi pergerakan sekaligus organisasi pengkaderan maka dalam proses pembentukan kader dan pergerakannya tersebut secara sinergis perlu ditopang pula oleh desain organisasi yang lebih simple dan terfokus pada tujuan strategis pergerakan. Oleh karenanya KAMMI harus mematangkan desain organisasinya dengan memenuhi kelengkapan berikut: struktur kepengurusan, struktur program, struktur pengembangan kader, struktur keuangan, mobilitas struktural.
Penajaman Konsep Kaderisasi atau Pembentukan Kader
Untuk mencapai tujuan besar pembentukan Bangsa dan Negara yang Islami di atas perlu ditopang oleh format pengkaderan yang memungkinkan kader memiliki kompetensi khusus dalam mengangkat dan memberi solusi atas isu-isu tersebut. Kader-kader yang dihasilkan adalah kader-kader yang memiliki: kompetensi ideologis, kompetensi akademis, kompetensi komunikasi, kompetensi kepemimpinan, kompetensi jaringan (Kadir, 2009).
Penajaman Konsep Transformasi Umat dan Bangsa
Isu-isu strategis yang perlu diangkat KAMMI difokuskan pada 3 isu prioritas dalam melakukan reformasi internal keummatan/masyarakat Islami di Indonesia, yakni:
a.       Aspek Relijiusitas dan Moralitas
b.      Aspek Pendidikan dan Kesejahteraan
c.       Aspek Politik dan Pertahanan/ Keamanan Masyarakat dan Negara
Tiga isu prioritas ini diambil dari peran Islam dalam Negara yang diisyaratkan dalam surah Al-Quraisy ayat 3-4. Tiga kunci isu tersebut, variabelnya akan beragam dan karenanya perlu dikaji secara mendalam oleh KAMMI sesuai dengan kompetensi kader-kadernya, seperti kajian liberalisasi pendidikan, politik internasional, politik energi, kebijakan ekonomi, dll. Tiga kunci isu di atas selain menjadi bahan kajian gerakan juga perlu dirumuskan menjadi solusi strategis dan diperjuangkan dalam bentuk jaringan strategis dari konsolidasi unsur-unsur perubahan hingga ke level pengambil kebijakan (Kadir, 2009).
Misi merupakan pernyataan eksistensi dan alasan keberadaan suatu organisasi sebagai perincian atas Visi. Adapun Misi KAMMI seperti yang tertuang dalam hasil Muktamar Nasional KAMMI yang ke 8 tahun 2013 adalah:
1.    Membina keislaman, keimanan, dan ketaqwaan mahasiswa muslim Indonesia.
2.    Menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi da’wah, intelektual, sosial, politik, dan kemandirian ekonomi mahasiswa.
3.    Mempelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerjasama mahasiswa Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan bangsa dan negara.
4.    Mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang rabbani, madani, adil dan sejahtera.
5.    Mengembangkan kerjasama antar elemen bangsa dan negara dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar).
Dalam melaksanakan misinya kader KAMMI harus berangkat dari Islamic worldview yang kuat. Dari Islamic worldview itulah kemudian diturunkan kedalam kondisi realitas. Islamic worldview yang dimaksud adalah cara pandang alam Islam, sebagaimana mengenai konsep Tuhan, konsep jihad, konsep ilmu, konsep kehidupan, konsep manusia, konsep moralitas, konsep ukhuwah, dan konsep alam semesta yang benar menurut syariat Islam.

B.     Prinsip gerakan KAMMI
Prinsip gerakan KAMMI adalah ideologi dalam perubahan sosial yang diusung KAMMI. Berikut prinsip-prinsip gerakan KAMMI:
1.      Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI
2.      Kebatilan adalah musuh abadi KAMMI
3.      Solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI
4.      Perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI
5.      Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI
6.      Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI
Rijalul Imam memberi pandangannya mengenai mihwar gerakan KAMMI. Bahwa mihwar gerakan KAMMI disusun menjadi enam mihwar gerakan. Mihwar ini diambil dari teoritisasi prinsip gerakan KAMMI ke dalam perluasan perjalanan dakwah KAMMI. Mihwar gerakan ini penting sebab dengan adanya rumusan mihwar gerakan, maka KAMMI tidak mudah dimakan agenda orang lain atau bahkan dipermainkan isu-isu publik yang memicu reaksioner gerakan mahasiswa. Dengan rumusan mihwar gerakan maka perjuangan kader-kader KAMMI dapat dikategorikan tidak saja berjihad melainkan berjihad bil manhaj.

Prinsip gerakan KAMMI
Mihwar Gerakan
Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI
Ideologisasi
Kebatilan adalah musuh abadi KAMMI
Resistensi
Solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI
Reformulasi
Perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI
Rekonstruksi
Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI
Leaderisasi
Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI
Internasionalisasi
Tabel: Teoritisasi Transformasional

            Menurut Rijalul Iman dalam tulisannya dikatakan bahwa ada 6 Mihwar Gerakan KAMMI dalam membangun Indonesia:
1.      Fase Ideologisasi (…-‘98)
Secara ideologis KAMMI lahir tidak di tahun ’98. Ideologinya lahir sejak mula datangnya Islam oleh para nabi dan rasul. “Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS. Al-Fath [48]: 28). Spirit ini tampak nyata ketika tarbiyah mulai massif di kampus pada era ‘80-an. Terlahir para pendiri KAMMI yang membawa spirit Islamisasi komprehensif di semua lini kehidupan dan diawali di sekolah dan kampus. Di sini tampak nyata bahwa cita-cita kemenangan Islam menjadi spirit awal dan menjiwa perjuangan kader-kader KAMMI. Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI.
2.      Fase Resistensi (‘98-2004)
Sejak kelahirannya pasca Munas FSLDK (Musyawarah Nasional Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus), KAMMI menegaskan menjadi bagian tak terpisahkan dari agenda kerakyatan. Sejak itu agenda-agenda resistensi terhadap kekuasaan otoriter Soeharto semakin massif. Satu hal yang pasti: rezim Orba harus segera diakhiri. Di sini tersemai spirit kebatilan adalah musuh abadi KAMMI. Fase resistensi ini terus berlanjut hingga rakyat mendapatkan kesempatan untuk menentukan pemimpin pilihannya sendiri.
3.      Fase Reformulasi (2004-2009)
Fase ini mengawali pemerintahan baru dengan legitimasi kuat pilihan rakyat karena presiden dipilih langsung oleh rakyat. Gubernur dan Kepala Daerah pun langsung dipilih rakyat secara transparan. Pada saat yang sama struktur negara pun semakin kuat. Hadir Mahkamah Konstitusi, kokoh pula Komisi Pemberantasan Korupsi, dan lembaga kenegaraan lainnya. Di fase ini masyarakat pun semakin kuat dengan gerakan kemandirian sipil lembaga swadaya masyarakatnya yang menunjukkan hadirnya format sosial baru di Indonesia. Mahasiswa pun hadir tidak lagi sebagai penyambung lidah rakyat, karena rakyat telah ‘berlidah’ sendiri untuk memperjuangkan aspirasinya. Mahasiswa dituntut untuk masuk ke fase baru yakni melakukan reformulasi negaranya dengan lebih strategis. Ini yang menjadi tantangan gerakan mahasiswa. KAMMI dalam hal ini menawarkan formulasi model kepemimpinan baru yang dikenal dengan model kepemimpinan Muslim Negarawan. Tawaran ini adalah cermin dari prinsip gerakan KAMMI, solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI.
4.      Fase Rekonstruksi (2009-2014)
Fase 2009 merupakan fase titik balik yang menentukan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Namun yang pasti setiap gerakan harus memiliki rencana strategis (renstra) di tengah turbulensi nasional dan global ini. Rencana strategis di lima tahun ke depan adalah menggulirkan Narasi Rekonstruksi Kebangsaan yang Islami. “Rekonstruksi” harus menjadi icon bagi pergerakan Indonesia. Rekonstruksi ini membawa agenda mentransformasikan demokrasi dari demokrasi formal saat ini menuju demokrasi substansial. Demokrasi yang dibutuhkan bukan lagi keseimbangan kekuasaan (power sharing) antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif, melainkan bagaimana rakyat dapat sejahtera, aman secara politik dan ekonomi, bermartabat secara budaya, serta kompetitif di kancah global. Ini political content yang mesti digulirkan. Inti dari political content di sini adalah mengakhiri sepuluh tahun transisi demokrasi yang bertambal sulam dalam demokrasi formal, lalu memasuki demokrasi substansial, yang lebih mengedepankan agenda kolektif kebangsaan pada pembangunan kesejahteraan masyarakat, kedaulatan Negara, dan kompetitif di kancah global. Di antara political content yang harus dibangun adalah melandaskan ideologi pada kemanusiaan dan keindonesiaan, bukan lagi ideologi Timur dan Barat, atau utara dan selatan. Sehingga dalam konteks keindonesiaan perlu dibangun konsep nasionalisme baru, nasionalisme progresif bukan nasionalisme romantis. Di titik ini para elit penguasa pun harus mampu membangun politik rekonsiliasi dalam rangka rekonstruksi keindonesiaan, gerakan mahasiswa pun harus lebih banyak tampil mempelopori gerakan-gerakan perbaikan dan konstribusi nyata dalam upaya rekonstruksi baik dari segi amal kemasyarakatan maupun penyaiapan SDM unggulan. Di sini, KAMMI harus mengkonstruk kader-kadernya meningkatkan keahlian di bidangnya dan bergerak sesuai kompetensinya. Kelak, kader yang kompeten di bidang ekonomi syariah bekerja keras memperbaiki resesi ekonomi di sektor real dan makro. Kader di kedokteran pun bekerja memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat. Kader di bidang politik pun bersungguh-sungguh membangun sistem terbaik bagi masyarakat. Para kader pengusaha menjadi perekrut pekerja terbanyak yang turut menyelamatkan ekonomi keluarga miskin dan menambah devisa negara. Agenda rekonstruksi di berbagai level ini sebagai bukti bahwa perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI. Secara gerakan mahasiswa, kader-kader KAMMI harus memainkan pola baru gerakan yakni mengkombinasikan gerakan aksi dan narasi. Yakni membangun aksi pengawasan parlemen dan pemerintahan serta sosial, juga mewacanakan narasi baru untuk mengarahkan arah perjuangan Indonesia ke masa depan yang lebih baik dan kompetitif di kancah global. Dengan demikian akan terbangun pola gerakan integrative antara “aksi dan presentasi”. Jadi penampilan KAMMI dapat masuk di ranah publik dan ilmiah sekaligus.
5.      Fase Leaderisasi (2014-2019)
Bila dalam rentang lima tahun ini KAMMI beserta para alumninya berhasil merekonstruksi bangsa ini, maka hanya kepercayaan yang akan diberikan masyarakat pada KAMMI untuk memimpin negeri ini. Sudah saatnya umat ini tampil menjadi pemimpin negeri ini di berbagai sektornya, baik di pemerintahan, media, hukum, bidang ketahanan militer, ketahanan pangan, teknologi, energi, informasi, pelayanan, bisnis, rektorat kampus, dan lain sebagainya. Tentu di fase ini usia kader dan alumni KAMMI sudah tidak hanya 20 tahun level mahasiswa melainkan sudah ada yang seusia 30-an seperti Nabi Yusuf as. yang layak memimpin negeri. Kepemimpinan harus merata di segala sektor. Yang pasti di fase ini, tidak hanya dari organ KAMMI (dan alumni) yang memimpin tapi dari organ lainnya yang memiliki jiwa kenegarawanan. Karena disadari bahwa yang menyadari pentingnya ide rekonstruksi sudah sangat massif dan banyak yang ingin berperan. Tapi yang jelas semangat ini adalah implementasi dari spirit kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI.
6.      Fase Internasionalisasi (2019-2024)
Jika bangsa ini telah bersatu dalam semangat reliji dan kebaikan, maka kebaikan Indonesia harus diperluas untuk dirasakan oleh negeri lainnya. Karena itu Indonesia harus mengawali spirit global partnership (kerjasama global) dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kemanusiaan. Ini adalah implementasi dari ukhuwah Islamiyah, ukhuwah insaniyah, dan ukhuwah ‘alamiyah. KAMMI berprinsip persaudaraan adalah watak mu’amalah kammi. Jika banyak negara merancang visi 2020, kammi lebih awal di tahun 2019 sudah menabuh genderang global partnership bebasnya dengan meyakini tesis pemenang dunia global adalah kapitalisme liberal. KAMMI hanya meyakini dengan usaha perbaikan yang telah dilakukannya, kisah kapitalisme liberal Barat yang sangat rakus ini berhasil dihentikan di Indonesia dengan ekonomi barunya, ekonomi spiritual, lalu kita memasuki fase baru dengan the global new map (peta global baru) dengan Islam sebagai kekuatannya.

SKEMA GERAKAN REKONSTRUKSI
C.    Paradigma gerakan KAMMI
            Sebagaimana dikutip dalam Nurdiansyah (2014: 84-85) bahwa dalam Garis Besar Haluan Organisasinya, KAMMI menempatkan empat paradigma dalam gerakan organisasinya, yaitu:
1.    Gerakan Da’wah Tauhid
a.    Gerakan da’wah tauhid adalah gerakan pembebasan manusia dari berbagai bentuk penghambaan terhadap materi, nalar, sesama manusia dan lainnya, serta mengembalikan pada tempat yang sesungguhnya yakni Allah.
b.    Gerakan da’wah tauhid merupakan gerakan yang menyerukan deklarasi tata peradaban kemanusiaan yang berdasar pada nilai-nilai universal wahyu ketuhanan (Ilahiyah) yang mewujudkan Islam sebagai rahmat semesta (rahmatan lil ‘alamin).
c.    Gerakan da’wah tauhid adalah gerakan perjuangan berkelanjutan untuk menegakkan nilai kebaikan universal dan meruntuhkan tirani kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar).
2.    Gerakan Intelektual Profetik
a.    Gerakan intelektual profetik adalah gerakan yang meletakkan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal.
b.    Gerakan intelektual profetik merupakan gerakan yang mengembalikan secara tulus dialektika wacana pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal.
c.    Gerakan intelektual profetik adalah gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik.
d.   Gerakan intelektual profetik adalah gerakan pemikiran yang menjangkau realitas rakyat dan terlibat dalam penyelesaian masalah rakyat.
3.    Gerakan Sosial Independen
a.    Gerakan sosial independen adalah gerakan kritis yang menyerang sistem peradaban materialistik dan menyerukan peradaban manusia berbasis tauhid.
b.    Gerakan sosial independen merupakan gerakan kultural yang berdasarkan kesadaran dan kesukarelaan yang berakar pada nurani kerakyatan.
c.    Gerakan sosial independen merupakan gerakan pembebasan yang tidak memiliki ketergantungan pada hegemoni kekuasaan politik-ekonomi yang membatasi.
d.   Gerakan sosial independen bertujuan menegakkan nilai sosial politik yang tidak bergantung dengan institusi manapun, termasuk negara, partai maupun lembaga donor.
4.    Gerakan Politik Ekstraparlementer
a.    Gerakan politik ekstraparlementer adalah gerakan perjuangan melawan tirani dan menegakkan demokrasi yang egaliter.
b.    Gerakan politik ekstraparlementer adalah gerakan sosial kultural dan struktural yang berorientasi pada penguatan rakyat secara sistematis dengan melakukan pemberdayaan institusi-institusi sosial/rakyat dalam mengontrol proses demokrasi formal.
c.    Gerakan politik ekstraparlementer berarti tidak menginduk pada institusi parlemen maupun pembentuk parlemen (partai politik dan senator). Independensi sikap politik bulat utuh tanpa intervensi partai apapun.
d.   Gerakan politik ekstraparlementer bergerak di luar parlemen dan partai politik, sebagai representasi rakyat secara independen.
D.    Unsur perjuangan KAMMI
            Agar dakwah dapat tumbuh berkelanjutan secara seimbang, tetap berada pada orientasi yang benar, mampu mengelola amanah dan masalah, dan terus memiliki kekuatan untuk mewujudkan tujuan-tujuannya, maka KAMMI menyusun dirinya di atas unsur-unsur sebagai berikut:
1.    Bina al-qo’idah al-ijtima’iyah (membangun basis sosial), yaitu membangun lapisan masyarakat yang simpati dan mendukung perjuangan KAMMI yang meliputi masyarakat umum, mahasiswa, organisasi dan lembaga swadaya masyarakat, pers, tokoh, dan lain sebagainya.
2.    Bina al-qo’idah al-harokiyah (membangun basis operasional), yaitu  mambangun lapisan kader KAMMI yang bergerak di tengah-tengah masyarakat untuk merealisasikan dan mengeksekusi tugas-tugas dakwah yang telah digariskan KAMMI.
3.    Bina al-qo’idah al- fikriyah (membangun basis konsep), yaitu membangun kader pemimpin yang mampu menjadi teladan masyarakat, memiliki kualifikasi keilmuan yang tinggi sesuai bidangnya, yang menjadi guru bagi gerakan, mengislamisasikan ilmu pengetahuan pada bidangnya, dan memelopori penerapan solusi Islam terhadap berbagai segi kehidupan manusia.
4.    Bina’ al-qo’idah al-siyasiyah (membangun basis kebijakan), yaitu membangun kader ideolog, pemimpin gerakan yang menentukan arah gerak dakwah KAMMI, berdasarkan situasi dan kondisi yang berkembang.
            Keempat unsur tersebut merupakan piramida yang seimbang, harmonis dan kokoh, yang menjamin keberlangsungan gerakan KAMMI (Sudarsono, 2010: 92-93). Selain itu perlu diketahui pula bahwa KAMMI adalah organisasi kader (harokatut tajnid) dan organisasi pergerakan (harokatul amal).

E.     Kredo gerakan KAMMI
1.    Kami adalah orang-orang yang berpikir dan berkendak merdeka. Tidak ada satu orang pun yang bisa memaksa kami bertindak. Kami hanya bertindak atas dasar pemahaman, bukan taklid, serta atas dasar keikhlasan, bukan mencari pujian atau kedudukan.
2.    Kami adalah orang-orang pemberani. Hanyalah Allah yang kami takuti. Tidak ada satu makhluk pun yang bisa menggentarkan hati kami, atau membuat kami tertunduk apalagi takluk kepadanya. Tiada yang kami takuti, kecuali ketakutan kepada-Nya.
3.    Kami adalah para petarung sejati. Atas nama al-haq kami bertempur, sampai tidak ada lagi fitnah di muka bumi ini. Kami bukan golongan orang yang melarikan diri dari medan pertempuran atau orang-orang yang enggan pergi berjihad. Kami akan memenangkan setiap pertarungan dengan menegakkan prinsip-prinsip Islam.
4.    Kami adalah penghitung risiko yang cermat, tetapi kami bukanlah orang-orang yang takut mengambil risiko. Syahid adalah kemuliaan dan cita-cita tertinggi kami. Kami adalah para perindu surga. Kami akan menyebarkan aromanya di dalam kehidupan keseharian kami kepada suasana lingkungan kami. Hari-hari kami senantiasa dihiasi dengan tilawah, dzikir, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, diskusi-diskusi yang bermanfaat dan jauh dari kesia-siaan, serta kerja-kerja yang konkret bagi perbaikan masyarakat. Kami adalah putra-putri kandung dakwah, akan beredar bersama dakwah ini ke mana pun perginya, menjadi pembangunnya yang paling tekun, menjadi penyebarnya yang paling agresif, serta penegaknya yang paling kokoh.
5.    Kami adalah orang-orang yang senantiasa menyiapkan diri untuk masa depan Islam. Kami bukanlah orang yang suka berleha-leha, minimalis dan loyo. Kami senantiasa bertebaran di dalam kehidupan, melakukan eksperimen yang terencana, dan kami adalah orang-orang progressif yang bebas dari kejumudan, karena kami memandang bahwa kehidupan ini adalah tempat untuk belajar, agar kami dan para penerus kami menjadi perebut kemenangan yang hanya akan kami persembahkan untuk Islam.
6.    Kami adalah ilmuwan yang tajam analisisnya, pemuda yang kritis terhadap kebatilan, politisi yang piawai mengalahkan muslihat musuh dan yang piawai dalam memperjuangkan kepentingan umat, seorang pejuang di siang hari dan rahib di malam hari, pemimpin yang bermoral, teguh pada prinsip dan mampu mentransformasikan masyarakat, guru yang mampu memberikan kepahaman dan teladan, sahabat yang tulus dan penuh kasih sayang, relawan yang mampu memecahkan masalah sosial, warga yang ramah kepada masyarakatnya dan responsif terhadap masalah mereka, manajer yang efektif dan efisien, panglima yang gagah berani dan pintar bersiasat, prajurit yang setia, diplomat yang terampil berdialog, piawai berwacana, luas pergaulannya, percaya diri yang tinggi, semangat yang berkobar tinggi.




DAFTAR PUSTAKA

Iman, R. (n.d.). Meretas Politik Peradaban. Jurnal Muslim Negarawan .
Kadir, S. (2009). Power Point Materi Dauroh Marhalah 1 - Visi, Misi dan Prinsip Gerakan KAMMI (Sebuah Tafsir atas Filosofis Gerakan). Bandung: Tidak diterbitkan.
Nurdiansyah, E. (2014). Studi Tentang Peran Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Dalam Merevitalisasi Nilai-Nilai Pancasila. Bandung: Tesis Program Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Siddiq, M. (2003). KAMMI dan Pergulatan Reformasi. Solo: Era Intermedia.

Sudarsono, A. (2010). Ijtihad Membangun Basis Gerakan. (Abdurrahim, & S. Kadir, Eds.) Jakarta: Muda Cendekia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sosok KH. Hasyim Asy'ari