Tafsir Paradigma Gerakan KAMMI
Oleh: Fajar Romadhon
A.
Visi & Misi KAMMI
Visi merupakan tujuan yang hendak dicapai atau kondisi yang ingin diwujudkan. Dalam hasil Muktamar Nasional KAMMI yang
ke 8 tahun 2013, Visi KAMMI yaitu sebagai wadah perjuangan permanen yang akan
melahirkan kader-kader pemimpin dalam upaya mewujudkan bangsa dan negara
Indonesia yang Islami.
Jadi
KAMMI berusaha untuk mencetak kader-kader yang nantinya akan disiapkan untuk
menjadi pemimpin nasional. Nilai-nilai yang ditanamkan di KAMMI diharapkan akan
menjadi landasan bagi seorang pemimpin Indonesia kedepannya. Menurut keyakinan
KAMMI, perlu diproduksi kader-kader pemimpin nasional yang tangguh, yakni
kader-kader pemimpin yang memiliki tingkat intelektualitas dan moralitas
tinggi, tidak pernah sedikitpun berfikir untuk menyelewengkan amanah yang
diberikan kepadanya, dan memahami apa yang harus diperbuat untuk membawa
bangsanya pada ketinggian budi dengan tidak melupakan aspek materi (Siddiq,
2003: 211).
Untuk
memahami visi KAMMI agar lebih mudah, maka harus mengetahui kata kuncinya.
Berikut penulis sajikan:
Penajaman
Konsep Organisasi
|
|
Wadah
Perjuangan Permanen
|
Desain
Organisasi
|
Penajaman
Konsep Pembentukan Kader
|
|
Kepemimpinan
Masa Depan
|
Desain
Manhaj Kaderisasi
|
Penajaman
Konsep Transfomasi Ummat dan Bangsa
|
|
Bangsa
dan Negara Indonesia yang Islami
|
Desain
Tujuan Akhir
|
Penajaman Konsep Organisasi
Menurut Syamsudin Kadir, KAMMI adalah organisasi pergerakan sekaligus organisasi pengkaderan
maka dalam proses pembentukan kader dan pergerakannya tersebut secara sinergis
perlu ditopang pula oleh desain organisasi yang lebih simple dan
terfokus pada tujuan strategis pergerakan. Oleh karenanya KAMMI harus mematangkan desain
organisasinya dengan memenuhi kelengkapan berikut: struktur kepengurusan, struktur
program, struktur
pengembangan
kader, struktur
keuangan, mobilitas
struktural.
Penajaman Konsep Kaderisasi atau Pembentukan Kader
Untuk mencapai tujuan besar pembentukan Bangsa dan Negara yang
Islami di atas perlu ditopang oleh format pengkaderan yang memungkinkan kader
memiliki kompetensi khusus dalam mengangkat dan memberi solusi atas isu-isu
tersebut. Kader-kader yang dihasilkan adalah kader-kader yang memiliki: kompetensi
ideologis, kompetensi
akademis, kompetensi
komunikasi, kompetensi
kepemimpinan, kompetensi
jaringan (Kadir, 2009).
Penajaman Konsep Transformasi Umat dan Bangsa
Isu-isu strategis yang perlu diangkat KAMMI difokuskan pada 3 isu
prioritas dalam melakukan reformasi internal keummatan/masyarakat Islami di
Indonesia, yakni:
a. Aspek Relijiusitas dan Moralitas
b. Aspek Pendidikan dan Kesejahteraan
c. Aspek Politik dan Pertahanan/ Keamanan
Masyarakat dan Negara
Tiga isu prioritas ini diambil dari peran Islam dalam Negara yang
diisyaratkan dalam surah Al-Quraisy ayat
3-4. Tiga kunci isu tersebut, variabelnya akan beragam dan karenanya
perlu dikaji secara mendalam oleh KAMMI sesuai dengan kompetensi
kader-kadernya, seperti kajian liberalisasi pendidikan, politik internasional,
politik energi, kebijakan ekonomi, dll. Tiga
kunci isu di atas selain menjadi bahan kajian gerakan juga perlu dirumuskan
menjadi solusi strategis dan diperjuangkan dalam bentuk jaringan strategis dari
konsolidasi unsur-unsur perubahan hingga ke level pengambil kebijakan (Kadir, 2009).
Misi merupakan pernyataan eksistensi dan alasan keberadaan suatu organisasi sebagai perincian atas Visi. Adapun Misi KAMMI seperti yang tertuang dalam hasil
Muktamar Nasional KAMMI yang ke 8 tahun 2013 adalah:
1. Membina keislaman, keimanan, dan ketaqwaan
mahasiswa muslim Indonesia.
2. Menggali, mengembangkan, dan memantapkan
potensi da’wah, intelektual, sosial, politik, dan kemandirian ekonomi
mahasiswa.
3. Mempelopori dan memelihara komunikasi,
solidaritas, dan kerjasama mahasiswa Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan
bangsa dan negara.
4. Mencerahkan dan meningkatkan kualitas
masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang rabbani, madani, adil dan
sejahtera.
5. Mengembangkan kerjasama antar elemen bangsa
dan negara dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah
kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar).
Dalam
melaksanakan misinya kader KAMMI harus berangkat dari Islamic worldview yang
kuat. Dari Islamic worldview itulah kemudian diturunkan kedalam kondisi
realitas. Islamic worldview yang dimaksud adalah cara pandang alam Islam,
sebagaimana mengenai konsep Tuhan, konsep jihad, konsep ilmu, konsep kehidupan, konsep manusia,
konsep moralitas, konsep ukhuwah, dan konsep alam semesta yang benar menurut
syariat Islam.
B. Prinsip gerakan KAMMI
Prinsip gerakan KAMMI adalah ideologi dalam perubahan sosial yang
diusung KAMMI. Berikut
prinsip-prinsip gerakan KAMMI:
1. Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan
KAMMI
2. Kebatilan adalah musuh abadi KAMMI
3. Solusi Islam adalah tawaran perjuangan
KAMMI
4. Perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI
5. Kepemimpinan umat adalah strategi
perjuangan KAMMI
6. Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI
Rijalul Imam memberi pandangannya mengenai mihwar gerakan KAMMI. Bahwa mihwar
gerakan KAMMI disusun menjadi enam mihwar gerakan. Mihwar ini diambil dari teoritisasi
prinsip gerakan KAMMI ke dalam perluasan perjalanan dakwah KAMMI. Mihwar
gerakan ini penting sebab dengan adanya rumusan mihwar gerakan, maka KAMMI tidak
mudah dimakan agenda orang lain atau bahkan dipermainkan isu-isu publik yang
memicu reaksioner gerakan mahasiswa. Dengan rumusan mihwar gerakan maka
perjuangan kader-kader KAMMI dapat dikategorikan tidak saja berjihad melainkan
berjihad bil manhaj.
Prinsip gerakan KAMMI
|
Mihwar Gerakan
|
Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan
KAMMI
|
Ideologisasi
|
Kebatilan adalah musuh abadi KAMMI
|
Resistensi
|
Solusi Islam adalah tawaran perjuangan
KAMMI
|
Reformulasi
|
Perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI
|
Rekonstruksi
|
Kepemimpinan umat adalah strategi
perjuangan KAMMI
|
Leaderisasi
|
Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI
|
Internasionalisasi
|
Tabel: Teoritisasi Transformasional
Menurut Rijalul Iman dalam tulisannya dikatakan bahwa ada 6 Mihwar Gerakan KAMMI
dalam membangun Indonesia:
1. Fase Ideologisasi (…-‘98)
Secara ideologis KAMMI lahir tidak di tahun ’98.
Ideologinya lahir sejak mula datangnya Islam oleh para nabi dan rasul. “Dia-lah
yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya
terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS. Al-Fath [48]:
28). Spirit ini tampak nyata ketika tarbiyah mulai massif di kampus pada era
‘80-an. Terlahir para pendiri KAMMI yang membawa spirit Islamisasi komprehensif
di semua lini kehidupan dan diawali di sekolah dan kampus. Di sini tampak nyata
bahwa cita-cita kemenangan Islam menjadi spirit awal dan menjiwa perjuangan
kader-kader KAMMI. Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI.
2. Fase Resistensi (‘98-2004)
Sejak kelahirannya pasca Munas FSLDK (Musyawarah
Nasional Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus), KAMMI menegaskan menjadi
bagian tak terpisahkan dari agenda kerakyatan. Sejak itu agenda-agenda resistensi
terhadap kekuasaan otoriter Soeharto semakin massif. Satu hal yang pasti: rezim
Orba harus segera diakhiri. Di sini tersemai spirit kebatilan adalah musuh
abadi KAMMI. Fase resistensi ini terus berlanjut hingga rakyat mendapatkan
kesempatan untuk menentukan pemimpin pilihannya sendiri.
3. Fase Reformulasi (2004-2009)
Fase ini mengawali pemerintahan baru dengan legitimasi
kuat pilihan rakyat karena presiden dipilih langsung oleh rakyat. Gubernur dan
Kepala Daerah pun langsung dipilih rakyat secara transparan. Pada saat yang
sama struktur negara pun semakin kuat. Hadir Mahkamah Konstitusi, kokoh pula
Komisi Pemberantasan Korupsi, dan lembaga kenegaraan lainnya. Di fase ini
masyarakat pun semakin kuat dengan gerakan kemandirian sipil lembaga swadaya
masyarakatnya yang menunjukkan hadirnya format sosial baru di Indonesia.
Mahasiswa pun hadir tidak lagi sebagai penyambung lidah rakyat, karena rakyat
telah ‘berlidah’ sendiri untuk memperjuangkan aspirasinya. Mahasiswa dituntut
untuk masuk ke fase baru yakni melakukan reformulasi negaranya dengan lebih
strategis. Ini yang menjadi tantangan gerakan mahasiswa. KAMMI dalam hal ini
menawarkan formulasi model kepemimpinan baru yang dikenal dengan model
kepemimpinan Muslim Negarawan. Tawaran ini adalah cermin dari prinsip gerakan
KAMMI, solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI.
4. Fase Rekonstruksi
(2009-2014)
Fase 2009 merupakan fase titik balik yang menentukan.
Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Namun yang pasti setiap gerakan
harus memiliki rencana strategis (renstra) di tengah turbulensi nasional dan global
ini. Rencana strategis di lima tahun ke depan adalah menggulirkan Narasi
Rekonstruksi Kebangsaan yang Islami. “Rekonstruksi” harus menjadi icon bagi
pergerakan Indonesia. Rekonstruksi ini membawa agenda mentransformasikan
demokrasi dari demokrasi formal saat ini menuju demokrasi substansial.
Demokrasi yang dibutuhkan bukan lagi keseimbangan kekuasaan (power sharing)
antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif, melainkan bagaimana rakyat dapat
sejahtera, aman secara politik dan ekonomi, bermartabat secara budaya, serta kompetitif
di kancah global. Ini political content yang mesti digulirkan. Inti dari
political content di sini adalah mengakhiri sepuluh tahun transisi demokrasi
yang bertambal sulam dalam demokrasi formal, lalu memasuki demokrasi
substansial, yang lebih mengedepankan agenda kolektif kebangsaan pada
pembangunan kesejahteraan masyarakat, kedaulatan Negara, dan kompetitif di
kancah global. Di antara political content yang harus dibangun adalah
melandaskan ideologi pada kemanusiaan dan keindonesiaan, bukan lagi ideologi
Timur dan Barat, atau utara dan selatan. Sehingga dalam konteks keindonesiaan
perlu dibangun konsep nasionalisme baru, nasionalisme progresif bukan
nasionalisme romantis. Di titik ini para elit penguasa pun harus mampu
membangun politik rekonsiliasi dalam rangka rekonstruksi keindonesiaan, gerakan
mahasiswa pun harus lebih banyak tampil mempelopori gerakan-gerakan perbaikan
dan konstribusi nyata dalam upaya rekonstruksi baik dari segi amal
kemasyarakatan maupun penyaiapan SDM unggulan. Di sini, KAMMI harus
mengkonstruk kader-kadernya meningkatkan keahlian di bidangnya dan bergerak
sesuai kompetensinya. Kelak, kader yang kompeten di bidang ekonomi syariah
bekerja keras memperbaiki resesi ekonomi di sektor real dan makro. Kader di
kedokteran pun bekerja memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi
masyarakat. Kader di bidang politik pun bersungguh-sungguh membangun sistem
terbaik bagi masyarakat. Para kader pengusaha menjadi perekrut pekerja
terbanyak yang turut menyelamatkan ekonomi keluarga miskin dan menambah devisa
negara. Agenda rekonstruksi di berbagai level ini sebagai bukti bahwa perbaikan
adalah tradisi perjuangan KAMMI. Secara gerakan mahasiswa, kader-kader KAMMI
harus memainkan pola baru gerakan yakni mengkombinasikan gerakan aksi dan
narasi. Yakni membangun aksi pengawasan parlemen dan pemerintahan serta sosial,
juga mewacanakan narasi baru untuk mengarahkan arah perjuangan Indonesia ke
masa depan yang lebih baik dan kompetitif di kancah global. Dengan demikian
akan terbangun pola gerakan integrative antara “aksi dan presentasi”. Jadi
penampilan KAMMI dapat masuk di ranah publik dan ilmiah sekaligus.
5. Fase Leaderisasi
(2014-2019)
Bila dalam rentang lima tahun ini KAMMI beserta para
alumninya berhasil merekonstruksi bangsa ini, maka hanya kepercayaan yang akan
diberikan masyarakat pada KAMMI untuk memimpin negeri ini. Sudah saatnya umat
ini tampil menjadi pemimpin negeri ini di berbagai sektornya, baik di
pemerintahan, media, hukum, bidang ketahanan militer, ketahanan pangan,
teknologi, energi, informasi, pelayanan, bisnis, rektorat kampus, dan lain
sebagainya. Tentu di fase ini usia kader dan alumni KAMMI sudah tidak hanya 20
tahun level mahasiswa melainkan sudah ada yang seusia 30-an seperti Nabi Yusuf
as. yang layak memimpin negeri. Kepemimpinan harus merata di segala sektor.
Yang pasti di fase ini, tidak hanya dari organ KAMMI (dan alumni) yang memimpin
tapi dari organ lainnya yang memiliki jiwa kenegarawanan. Karena disadari bahwa
yang menyadari pentingnya ide rekonstruksi sudah sangat massif dan banyak yang
ingin berperan. Tapi yang jelas semangat ini adalah implementasi dari spirit kepemimpinan
umat adalah strategi perjuangan KAMMI.
6. Fase Internasionalisasi
(2019-2024)
Jika bangsa ini telah bersatu dalam semangat reliji dan
kebaikan, maka kebaikan Indonesia harus diperluas untuk dirasakan oleh negeri
lainnya. Karena itu Indonesia harus mengawali spirit global partnership
(kerjasama global) dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kemanusiaan. Ini
adalah implementasi dari ukhuwah Islamiyah, ukhuwah insaniyah, dan ukhuwah
‘alamiyah. KAMMI berprinsip persaudaraan adalah watak mu’amalah kammi. Jika
banyak negara merancang visi 2020, kammi lebih awal di tahun 2019 sudah menabuh genderang global partnership bebasnya dengan meyakini tesis pemenang dunia global adalah
kapitalisme liberal. KAMMI hanya meyakini dengan
usaha perbaikan yang telah dilakukannya, kisah kapitalisme liberal Barat yang
sangat rakus ini berhasil dihentikan di
Indonesia dengan ekonomi barunya, ekonomi spiritual, lalu kita memasuki fase
baru dengan the global new map (peta global baru) dengan Islam sebagai kekuatannya.
SKEMA GERAKAN REKONSTRUKSI
C. Paradigma gerakan KAMMI
Sebagaimana
dikutip dalam Nurdiansyah (2014: 84-85) bahwa dalam Garis Besar Haluan
Organisasinya, KAMMI menempatkan empat paradigma dalam gerakan organisasinya,
yaitu:
1.
Gerakan Da’wah Tauhid
a. Gerakan da’wah tauhid adalah gerakan
pembebasan manusia dari berbagai bentuk penghambaan terhadap materi, nalar,
sesama manusia dan lainnya, serta mengembalikan pada tempat yang sesungguhnya
yakni Allah.
b. Gerakan da’wah tauhid merupakan gerakan
yang menyerukan deklarasi tata peradaban kemanusiaan yang berdasar pada
nilai-nilai universal wahyu ketuhanan (Ilahiyah) yang mewujudkan Islam
sebagai rahmat semesta (rahmatan lil ‘alamin).
c. Gerakan da’wah tauhid adalah gerakan
perjuangan berkelanjutan untuk menegakkan nilai kebaikan universal dan
meruntuhkan tirani kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar).
2.
Gerakan Intelektual Profetik
a. Gerakan intelektual profetik adalah gerakan
yang meletakkan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal.
b. Gerakan intelektual profetik merupakan
gerakan yang mengembalikan secara tulus dialektika wacana pada prinsip-prinsip
kemanusiaan yang universal.
c. Gerakan intelektual profetik adalah gerakan
yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan,
pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik.
d. Gerakan intelektual profetik adalah gerakan
pemikiran yang menjangkau realitas rakyat dan terlibat dalam penyelesaian
masalah rakyat.
3.
Gerakan Sosial Independen
a. Gerakan sosial independen adalah gerakan
kritis yang menyerang sistem peradaban materialistik dan menyerukan peradaban
manusia berbasis tauhid.
b. Gerakan sosial independen merupakan gerakan
kultural yang berdasarkan kesadaran dan kesukarelaan yang berakar pada nurani
kerakyatan.
c. Gerakan sosial independen merupakan gerakan
pembebasan yang tidak memiliki ketergantungan pada hegemoni kekuasaan
politik-ekonomi yang membatasi.
d. Gerakan sosial independen bertujuan
menegakkan nilai sosial politik yang tidak bergantung dengan institusi manapun,
termasuk negara, partai maupun lembaga donor.
4.
Gerakan Politik Ekstraparlementer
a. Gerakan politik ekstraparlementer adalah
gerakan perjuangan melawan tirani dan menegakkan demokrasi yang egaliter.
b. Gerakan politik ekstraparlementer adalah
gerakan sosial kultural dan struktural yang berorientasi pada penguatan rakyat
secara sistematis dengan melakukan pemberdayaan institusi-institusi
sosial/rakyat dalam mengontrol proses demokrasi formal.
c. Gerakan politik ekstraparlementer berarti
tidak menginduk pada institusi parlemen maupun pembentuk parlemen (partai
politik dan senator). Independensi sikap politik bulat utuh tanpa intervensi
partai apapun.
d. Gerakan politik ekstraparlementer bergerak
di luar parlemen dan partai politik, sebagai representasi rakyat secara
independen.
D. Unsur perjuangan KAMMI
Agar dakwah dapat tumbuh berkelanjutan secara seimbang, tetap
berada pada orientasi yang benar, mampu mengelola amanah dan masalah, dan terus
memiliki kekuatan untuk mewujudkan tujuan-tujuannya, maka KAMMI menyusun
dirinya di atas unsur-unsur sebagai berikut:
1. Bina al-qo’idah al-ijtima’iyah (membangun basis sosial), yaitu membangun lapisan masyarakat yang
simpati dan mendukung perjuangan KAMMI yang meliputi masyarakat umum,
mahasiswa, organisasi dan lembaga swadaya masyarakat, pers, tokoh, dan lain
sebagainya.
2. Bina al-qo’idah al-harokiyah (membangun basis operasional), yaitu mambangun lapisan kader KAMMI yang bergerak
di tengah-tengah masyarakat untuk merealisasikan dan mengeksekusi tugas-tugas
dakwah yang telah digariskan KAMMI.
3. Bina al-qo’idah al- fikriyah (membangun basis konsep), yaitu membangun kader pemimpin yang
mampu menjadi teladan masyarakat, memiliki kualifikasi keilmuan yang tinggi
sesuai bidangnya, yang menjadi guru bagi gerakan, mengislamisasikan ilmu
pengetahuan pada bidangnya, dan memelopori penerapan solusi Islam terhadap
berbagai segi kehidupan manusia.
4. Bina’ al-qo’idah al-siyasiyah (membangun basis kebijakan), yaitu membangun kader ideolog,
pemimpin gerakan yang menentukan arah gerak dakwah KAMMI, berdasarkan situasi
dan kondisi yang berkembang.
Keempat unsur tersebut merupakan piramida yang seimbang, harmonis
dan kokoh, yang menjamin keberlangsungan gerakan KAMMI (Sudarsono, 2010: 92-93). Selain itu perlu diketahui
pula bahwa KAMMI adalah organisasi kader
(harokatut tajnid) dan organisasi pergerakan (harokatul amal).
E. Kredo gerakan KAMMI
1. Kami adalah orang-orang yang berpikir dan berkendak merdeka. Tidak
ada satu orang pun yang bisa memaksa kami bertindak. Kami hanya bertindak atas
dasar pemahaman, bukan taklid, serta atas dasar keikhlasan, bukan
mencari pujian atau kedudukan.
2. Kami adalah orang-orang pemberani. Hanyalah Allah yang kami takuti.
Tidak ada satu makhluk pun yang bisa menggentarkan hati kami, atau membuat kami
tertunduk apalagi takluk kepadanya. Tiada yang kami takuti, kecuali ketakutan
kepada-Nya.
3. Kami adalah para petarung sejati. Atas nama al-haq kami
bertempur, sampai tidak ada lagi fitnah di muka bumi ini. Kami bukan golongan
orang yang melarikan diri dari medan pertempuran atau orang-orang yang enggan
pergi berjihad. Kami akan memenangkan setiap pertarungan dengan menegakkan prinsip-prinsip
Islam.
4.
Kami
adalah penghitung risiko yang cermat, tetapi kami bukanlah orang-orang yang
takut mengambil risiko. Syahid adalah kemuliaan dan cita-cita tertinggi
kami. Kami adalah para perindu surga. Kami akan menyebarkan aromanya di dalam
kehidupan keseharian kami kepada suasana lingkungan kami. Hari-hari kami
senantiasa dihiasi dengan tilawah, dzikir, saling menasehati dalam kebenaran
dan kesabaran, diskusi-diskusi yang bermanfaat dan jauh dari kesia-siaan, serta
kerja-kerja yang konkret bagi perbaikan masyarakat. Kami adalah putra-putri
kandung dakwah, akan beredar bersama dakwah ini ke mana pun perginya, menjadi
pembangunnya yang paling tekun, menjadi penyebarnya yang paling agresif, serta
penegaknya yang paling kokoh.
5.
Kami
adalah orang-orang yang senantiasa menyiapkan diri untuk masa depan Islam. Kami
bukanlah orang yang suka berleha-leha, minimalis dan loyo. Kami senantiasa
bertebaran di dalam kehidupan, melakukan eksperimen yang terencana, dan kami
adalah orang-orang progressif yang bebas dari kejumudan, karena kami memandang
bahwa kehidupan ini adalah tempat untuk belajar, agar kami dan para penerus
kami menjadi perebut kemenangan yang hanya akan kami persembahkan untuk Islam.
6.
Kami
adalah ilmuwan yang tajam analisisnya, pemuda yang kritis terhadap kebatilan,
politisi yang piawai mengalahkan muslihat musuh dan yang piawai dalam
memperjuangkan kepentingan umat, seorang pejuang di siang hari dan rahib di
malam hari, pemimpin yang bermoral, teguh pada prinsip dan mampu
mentransformasikan masyarakat, guru yang mampu memberikan kepahaman dan
teladan, sahabat yang tulus dan penuh kasih sayang, relawan yang mampu
memecahkan masalah sosial, warga yang ramah kepada masyarakatnya dan responsif
terhadap masalah mereka, manajer yang efektif dan efisien, panglima yang gagah
berani dan pintar bersiasat, prajurit yang setia, diplomat yang terampil
berdialog, piawai berwacana, luas pergaulannya, percaya diri yang tinggi,
semangat yang berkobar tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Iman,
R. (n.d.). Meretas Politik Peradaban. Jurnal Muslim Negarawan .
Kadir, S. (2009). Power Point Materi Dauroh Marhalah 1 - Visi,
Misi dan Prinsip Gerakan KAMMI (Sebuah Tafsir atas Filosofis Gerakan).
Bandung: Tidak diterbitkan.
Nurdiansyah, E. (2014).
Studi Tentang Peran Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Dalam
Merevitalisasi Nilai-Nilai Pancasila. Bandung: Tesis Program Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Siddiq, M. (2003). KAMMI
dan Pergulatan Reformasi. Solo: Era Intermedia.
Sudarsono, A. (2010). Ijtihad
Membangun Basis Gerakan. (Abdurrahim, & S. Kadir, Eds.) Jakarta: Muda
Cendekia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar