Oleh : Fajar Romadhon
Roda
kehidupan akan senantiasa berputar sampai menemukan titik stagnasinya.
Problematika dalam hidup bagaikan bumbu penyedap dari kehidupan itu sendiri.
Tantangan-tantangan dalam hidup merupakan stimulasi kehidupan yang Tuhan
sediakan untuk merangsang munculnya naluri kepahlawanan dalam diri seseorang.
Namun, ada sebagian orang yang menganggap bahwa masalah itu sebagai beban dan ada
lagi yang menganggapnya sebagai sarana latihan penempaan diri.
Penulis
hendak menuliskan kisah kehidupan bocah pekerja malam. Kisah ini diambil dari
realitas yang penulis lihat sehari-hari. Sebuah kisah nyata. Patut disadari dan
disyukuri bersama bahwa apa yang kita miliki sekarang adalah karunia Tuhan yang
paling baik. Karena keadilan Tuhan merata kepada seluruh makhluk ciptaannya
sesuai dengan proporsionalnya.
Hampir
setiap malam, penulis sering menjumpai bocah-bocah yang
baru pulang dari pekerjaannya dengan memanggul beban karung yang dibawanya.
Merekalah bocah pekerja malam, yang mengais rezeki dengan mengumpulkan
barang-barang bekas atau rongsokan. Mereka setiap hari berangkat bekerja dari jam 18.30 malam dan pulang jam 23.00 malam. Mereka bekerja untuk kebutuhan
sehari-hari dan biaya pendidikannya. Tak jarang pula terkadang orang tuanya pun
ikut serta dalam pekerjaan tersebut. Miris
sekali penulis melihatnya, bocah-bocah itu berkembang tidak sesuai dengan
bocah-bocah sezamannya.
Penulis sangat
hobi sekali membaca buku-buku dan menonton film-film motivasi serta serial kepahlawanan baik dari
dalam negeri maupun luar negeri. Dari
buku-buku dan film-film itu terakumulasi menjadi suatu impian dan obsesi besar
untuk membantu dan menuntaskan problematika yang ada di Indonesia. Seakan-akan penulis ingin menjadi pahlawan kebajikan yang
kini semakin hilang dari peradaban Indonesia.
Jika
setiap malam mereka bekerja, maka setiap pagi mereka mencari ilmu di bangku
sekolah. Belajar dan bekerja itulah keseharian mereka. Bahkan mereka ada yang
berdagang, menjajakan barang dagangannya ke setiap orang. Alam telah menempa
mereka untuk menjadi pahlawan yang mandiri. Pahlawan bagi dirinya dan orang
tuanya. Penulis melihat dalam raut wajah mereka tidak ada rasa kecewa sedikit
pun, walaupun mereka berbeda dengan bocah-bocah sezamannya. Tersirat dalam raut
wajahnya bahwa kelak nanti mereka akan mengubah kondisi keluarganya. Walaupun
kini bocah-bocah itu harus bekerja dan mencari nafkah. Naluri kepahlawanannya
muncul. Karena mereka yakin bahwa pekerjaan-pekerjaan besar dalam sejarah hanya
dapat diselesaikan oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan.
Tantangan-tantangan besar dalam sejarah hanya dapat dijawab oleh mereka yang
mempunyai naluri kepahlawanan. Naluri kepahlawanan itu tumbuh seiring dengan
alam yang menempanya menjadi pahlawan sejati.
Melihat
kisah kepahlawanan bocah-bocah itu, maka penulis pun terobsesi ingin menjadi
pahlawan untuk mereka. Mereka tidak selamanya dibiarkan seperti itu, mereka
harus diberikan tempat terhormat dalam panggung sejarah ini. Penulis mengagumi
sisi kemandirian dari para bocah-bocah itu. Kepahlawanan bocah-bocah itu tidak
usah dikagumi tapi diteladani sisi-sisi kebaikan dari kepahlawanannya. Oleh
sebab itu penulis ingin memberikan apresiasi kepada mereka. Apresiasi harta, pikiran
dan tenaga penulis. Karena penulis mengenal sebuah kaidah kepahlawanan bahwa
orang-orang biasa yang melakukan kerja-kerja besar itulah yang dibutuhkan di
saat krisis. Bukan orang-orang yang tampak besar tapi hanya melakukan
kerja-kerja kecil. Penulis hanya orang biasa yang mencoba untuk berkarya besar,
jika para penguasa tidak merepon realita seperti ini maka penulis yang akan
bertindak. Karena penulis ingin menjadi pahlawan yang bekerja dalam diam dan
sunyi untuk banyak orang, sampai nafas terakhir.
Bocah-bocah
itu sudah berani menanggung beban keluarganya dalam mencari nafkah. Keberanian
inilah yang ingin penulis apresiasi juga. Mereka mengerjakan pekerjaan yang
sebetulnya belum saatnya, tapi mereka berani menanggung resiko pekerjaan ini.
Karena pekerjaan-pekerjaan besar atau tantangan-tantangan besar dalam sejarah
senantiasa membutuhkan kadar keberanian yang sama besarnya dengan
pekerjaan-pekerjaan atau tantangan-tantangan itu. Naluri kepahlawanannya sudah
menggelora. Oleh sebab itu naluri kepahlawanan adalah akar dari pohon
kepahlawanan. Sedangkan keberanian adalah batang yang menegakkan dan
menguatkannya. Selain itu mereka sabar dalam menghadapi dan menjalani kehidupan
ini. Mereka berani menanggung resiko dan sabar dalam menjalani semuanya. Oleh
karena itu tidak ada keberanian yang sempurna tanpa kesabaran. Sebab kesabaran
adalah nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah keberanian bertahan dalam
diri seorang pahlawan.
Penulis
berusaha meneladani sisi kebaikan dan kepahlawanan dari bocah-bocak pekerja
malam ini. Naluri kepahlawanan yang bergelora, rasa tanggung jawab kepada orang
tua dan keluarga, keberanian, dan kesabaran. Itulah nilai-nilai kebajikan yang
harus diteladani oleh khalayak. Penulis ingin memberikan fasilitas pendidikan
yang baik kepada bocah-bocah pekerja malam itu. Karena pendidikan yang baik
serta fasilitas kehidupan yang baik akan menjadikan mereka pahlawan yang akan
mengantarkan perubahan bangsa Indonesia ini ke arah yang lebih baik.
Calon-calon pahlawan bangsa ini harus diberikan tempat terbaik dan terhormat
dalam pentas sejarah bangsa ini. Semoga impian penulis untuk menjadikan mereka
pahlawan-pahlawan bangsa ini dapat terwujud. Wallahu a'lam.