Oleh : Fajar Romadhon
Otak
ekspansi merupakan otaknya para pejuang yang berjiwa revolusioner. Kata otak
ekspansi hanyalah sebuah istilah saja. Istilah otak ekspansi, penulis pertama
kali mendengarnya dari video taujih yang disampaikan oleh Ust. Anis Matta.
Kita
bisa belajar dari para sahabat Rasul dan tokoh-tokoh di Indonesia yang memiliki
otak ekspansi itu. Otak ekspansi bisa diartikan juga sebagai otaknya
orang-orang yang memiliki mental penyerang dan petarung. Sehingga kalau kita
pelajari tipologi orang-orang yang memiliki mental penyerang dan petarung ini,
maka kaidah pertama yang harus dipahami adalah bahwa ketika sudah melangkah, maka
tiada kata untuk mundur kembali. Itulah otak ekspansi. Kita akan sedikit
menggali sejarah orang-orang yang memiliki mental penyerang dan petarung itu.
Otak
ekspansi. Bukan berarti otoriter dan diktator, tetapi sebuah ketegasan yang
matang. Mental penyerang dan revolusioner merupakan karakter yang ada pada diri
seorang pejuang. Dalam sejarah banyak yang menggambarkan bagaimana para
pemimpin yang menggunakan istilah otak ekspansi ini menemukan kesuksesannya
dalam memimpin. Dan terkadang pemimpin yang tidak memiliki mental seperti ini
akan cenderung di intervensi dan mudah dipengaruhi orang lain yang memiliki kepentingan.
Khalid
Ibn Walid dalam kitab-kitab sirah pernah berujar “Sungguh lebih aku sukai
suatu malam yang dingin dalam sebuah peperangan daripada bermalam dengan seorang
wanita cantik”. Itulah seorang Khalid Ibn Walid, karakternya tegas dan
mentalnya seperti petarung. Otak ekspansi yang dimiliki seorang mukmin harus
didasari oleh optimisme atau keyakinan iman yang mendalam kepada Allah. Iman
kepada Allah-lah yang menjadikan Khalid Ibn Walid seperti itu. Sehingga
hidupnya diorientasikan hanya untuk Allah.
Di
Indonesia punya sejarah yang fenomenal. Aktornya adalah seorang pemuda yang
pernah menjadi presiden pertama Republik Indonesia ini, beliau adalah Soekarno.
Istilah otak ekspansi bisa direpresentasikan kepada Soekarno. Saat-saat
menjelang kemerdekaan, golongan tua dan golongan muda berseteru terkait rencana
kemerdekaan bangsa Indonesia. Golongan muda akhirnya berhasil membawa Soekarno.
Dan ketika melihat situasi dimana terjadi kekosongan kekuasaan dan Jepang telah
menyerah tanpa syarat pada sekutu. Pada saat momentum itulah Soekarno
membacakan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia yang dihadiri oleh beberapa
tokoh-tokoh penting Indonesia. Akhirnya Indonesia merdeka. Kalau pada waktu itu
Soekarno dan golongan muda tidak menginisiasi kemerdekaan indonesia, mungkin
Indonesia akan lama merdekanya.
Sebenarnya
Indonesia belum siap untuk merdeka, tetapi Soekarno melihat momentum yang
tepat. Maka Soekarno langsung memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Itulah
otak ekspansi yang dimiliki Soekarno. Coba perhatikan teks proklamasi
kemerdekaan Indonesia:
“Kami bangsa Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaan Indonesia, hal-hal yang menyangkut pemindahan kekuasaan dan
lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya.”
“Diselenggarakan
dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya” merupakan
sebuah isyarat belum sempurnanya kemerdekaan Indonesia. Tetapi Soekarno
memandangnya yang penting merdeka terlebih dahulu, untuk menyempurnakannya
sambil berjalan. Cerdas dan brilian. Istilak otak ekspansi akan lebih kuat
dengan kedalaman iman kepada Allah dan kedalaman ilmu yang matang. Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar