Sosok KH. Hasyim Asy’ari
Oleh: Fajar Romadhon
KH. Hasyim Asy’ari merupakan salah satu ulama besar dan pendiri
ormas Nahdlatul Ulama (NU), beliau sangat disegani oleh ulama-ulama yang ada di
Nusantara. Karena kesahajaan dan akhlak beliau yang begitu luhur. Bahkan Kholil
(2013: 81) menuturkan bahwa pada saat itu Hasyim Asy’ari menjadi “kiblat” para
kiai, yang pada akhirnya berhasil menyatukan mereka melalui pendirian Nahdlatul
Ulama. Hasyim Asy’ari lahir 24 Dzul Qaidah 1287 H, atau 14 Februari 1871 M.
Hasyim Asy’ari dan Pendidikan
Dalam sebuah novel
yang berjudul “Penakluk Badai: Novel Biografi KH. Hasyim Asy’ari” karya
Aguk Irawan, Prof. Dr. KH. Said Aqiel Siradj dalam kata pengantarnya menyatakan
bahwa Hasyim Asy’ari dalam pendidikan merupakan sosok revolusioner dan pembela
wong cilik. Hal ini dibuktikan dengan keinginan beliau untuk mendirikan lembaga
pendidikan pesantren di tempat yang jauh dari peradaban, karena beliau memiliki
pandangan bahwa pendidikan harus banyak diberikan kepada orang yang masih jauh
dari peradaban dan kebudayaan adiluhung. Walaupun gagasan ini banyak ditentang
oleh para Kiai yang lain, namun Hasyim Asy’ari tetap dalam konsistensi idealisme
gagasannya.
Kemudian Hasyim
Asy’ari memandang bahwa keberhasilan proses belajar-mengajar tidak lepas dari
pendidikan akhlak/ moralitas. Menurut Hasyim Asy’ari, moralitas merupakan
fondasi yang utama dalam pembentukan pribadi anak didik yang seutuhnya. Dengan
demikian, pendidikan yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang memiliki
akhlak yang baik merupakan hal yang pertama yang harus dilakukan, sebab hal ini
akan melandasi kestabilan secara keseluruhan (Noor,
2010: 79).
Hemat
penulis, mungkin dengan worldview (pandangan) seperti itulah yang
melatar belakangi Hasyim Asy’ari menulis sebuah kitab yang sangat fenomenal dan
masih menjadi rujukan dalam pendidikan, yaitu kitab Adab al-‘Alim wa
al-Muta’allim. Sebuah kitab yang terdiri dari delapan bab ini jika
diklasifikasikan akan menjadi tiga bagian, yaitu: kelebihan ilmu dan ilmuwan,
tanggungjawab dan tugas peserta didik, serta tanggungjawab dan tugas pendidik.
Hasyim Asy’ari dan Kegiatan Sosial-Ekonomi
Dikatakan pula
oleh Prof. Dr. KH. Said Aqiel Siradj, dalam kata pengantar novel berjudul “Penakluk
Badai: Novel Biografi KH. Hasyim Asy’ari” bahwa pembelaan Hasyim Asy’ari
terhadap masyarakat pada tingkat “grassroots” tidak hanya dalam dunia
pendidikan. Ranah ekonomi juga dirambah oleh Hasyim Asy’ari guna meningkatkan
kualitas umat Islam. Pada tahun 1919, ketika booming informasi dan
wacana tentang koperasi sebagai bentuk kerjasama ekonomi di tengah-tengah
masyarakat, maka Hasyim Asy’ari tampil dengan gagasan briliannya. Beliau
bekerja sangat aktif dan produktif untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualitas perekonomian umat Islam. Pada tahap berikutnya terbentuklah sebuah
badan organisasi semacam koperasi yang disebutnya dengan “Syirkatul Inan Li
Murabathati Ahli al-Tujjar”. Pada badan inilah umat Islam terpancing untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup dan memulai hidup baru dengan spirit baru.
Hasyim Asy’ari dan Karya-karyanya
Selain
aktif mengajar, berda’wah, dan berjuang, disebutkan pula oleh Kholil dalam bukunya yang
berjudul “Kode Etik Guru;
Menurut Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy'ari Dan Relevansinya Dalam Konteks
Pendidikan Sekarang” bahwa Hasyim Asy’ari juga merupakan seorang ulama yang aktif menulis. Karya-karya yang ditulisnya banyak yang
merupakan jawaban atas berbagai masalah yang terjadi di masyarakat. Misalnya,
ketika umat Islam banyak yang kurang memahami dengan benar persoalan tauhid
atau aqidah, Hasyim Asy’ari lalu menyusun sebuah kitab tentang aqidah, di
antaranya; al-Qalaid fi Bayani ma Yajibu min al-‘Aqaid, ar-Risalah
al-tauhidiyah, Risalah Ahli Sunnah Wa al-Jama’ah, al-Risalah fi al-Tasawuf,
dan sebagainya.
Selain itu Kholil (2013: 89) menyebutkan bahwa Hasyim
Asy’ari juga sering menjadi kolumnis, khususnya majalah NU pada masa-masa awal.
Biasanya, tulisannya berisi jawaban-jawaban atas masalah-masalah fiqhiyah (hukum Islam) yang ditanyakan
oleh masyarakat, seperti hukum memakai dasi pada waktu itu, hukum mengajari
tulisan kepada kaum wanita, hukum merokok, dan lain-lain. Selain membahas
masalah fiqhiyah, Hasyim Asy’ari juga menuliskan nasehat-nasehat bagi
kaum muslimin, seperti al-Maw’idz, do’a-do’a untuk kalangan warga NU,
keutamaan bercocok tanam, anjuran menegakkan keadilan, dan sebagainya.
Kholil menyebutkan beberapa karya-karya dari Hasyim Asy’ari dalam bukunya yang
berjudul “Kode Etik Guru;
Menurut Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy'ari Dan Relevansinya Dalam Konteks
Pendidikan Sekarang”, diantaranya sebagai berikut:
a. Adab al-‘Alim
wa al-Muta’allim (kitab tentang etika yang harus dimiliki
seorang guru dan murid. Kitab ini merupakan ikhtisar dari Adab al-Mu’allim
karya Syekh Muhammad ibn Sahnun (w. 256 H/ 871 M); Ta’lim al-Muta’allim fi
Thariq at-Ta’allum karya Syekh Burhanuddin al-Zarnuji (w. 591 H); dan Tadzkirat
al-Saml wa al-Mutakallim fi Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim karya Syekh Ibn
Jama’ah. Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penulis
dengan judul Etika Pendidikan Islam, diterbitkan tahun 2007 oleh penerbit
Titian Wacana Press Yogyakarta).
b. Ziyadatu
Ta’liqat (kitab
berisi bantahan Hasyim Asy’ari atas pernyataan Syekh Abdullah ibn Yasin
Pasuruan yang dianggap mendiskreditkan orang-orang NU).
c. At-Tanbihat
al-Wajibat (kitab
berisi penjelasan seputar praktek perayaan Maulid Nabi Saw).
d. Ar-Risalah
al-Jam’iah (kitab
berisi ulasan tentang alam kematian, tanda-tanda hari kiamat, dan penjelasan
seputar konsep sunnah dan bid’ah).
e. An-Nur
al-Mubin fi Mahabbati Sayyid al-Mursalin (menjelaskan tentang hakikat mencintai Rasulullah
Saw. serta beberapa hal menyangkut konsep itba’ (mengikuti) dan ihya
(memelihara) terhadap sunnah-sunnahnya.
f. Hasyiyatu
‘ala Fath ar-Rahman bi Syarhi Risalati al-Waliy Ruslan li Syaikh al-Islam
Zakariya al-Anshori (kitab berisi penjelasan dan catatan-catatan beliau terhadap kitab
Risalat al-Waliy Ruslan karya Syekh Zakariya al-Anshori).
g. Ad-Durrar
al-Muntatsirah fi al-Masail at-Tis’a ‘Asyarah (kitab yang mengulas 19 persoalan seputar tarekat dan
hal-hal penting menyangkut para pelaku tarekat. Pada tahun 1970-an kitab ini
pernah diterjemahkan oleh KH. Tholhah Mansoer atas perintah KH. M. Yusuf Hasyim
dan diterbitkan oleh percetakan Menara Kudus).
h. At-Tibyan fi
an-Nahyi ‘an Muqatha’ati al-Arham wa al-Aqaribi wa al-Ikhwan ( kitab yang menjelaskan pentingnya
memelihara silaturrahim dan bahaya memutus silaturahim).
i. Al-Qalaid fi
Bayani ma Yajibu min al-‘Aqaid (menjelaskan tentang aqidah-aqidah wajib dalam
Islam).
j. Dhau-ul
Misbah fi Bayan Ahkam al-Nikah (kitab tentang tata cara nikah secara syar’i;
hukum-hukum, syarat, rukun, dan hak-hak dalam pernikahan).
k. Arba’in
Hadisan Tata’allaq bi Nabadi’ Jam’iyah Nahdhatul Ulama (kitab tentang 40 hadis Nabi terkait
dasar-dasar pembentukkan Nahdhatul Ulama).
l. Mawai’dz (berisi fatwa-fatwa dan nasehat bagi umat
Islam).
m. Risalah fi
Ta’kid al-Akhdz bi Madzhab al-Aimmah al-Arba’ah (kitab yang mejelaskan pentingnya
berpedoman kepada imam madzhab).
n. Muqaddimah
al-Qanun al-Asasy li Jam’iyyah Nahdhatul Ulama (tentang prinsip-prinsip dasar atau
landasan pokok organisasi Nahdhatul Ulama).
Refleksi
Hasyim Asy’ari telah mencontohkan dirinya sebagai figur yang terjun
ke setiap lini kehidupan masyarakat demi mensyiarkan syiar Islam. Dengan
pendidikan pesantren beliau ingin menghapus kebodohan, dengan organisasi
koperasinya beliau ingin menyejahterahkan umat, dan dengan mengakui kemajemukan
sebagai realitas sosial-budaya dan sosial-politik bangsa ini beliau ingin
menunjukkan bahwa menjunjung persatuan dan kesatuan adalah ciri-ciri mencintai
tanah air, adalah bagian dari keimanan. Inilah nilai-nilai kemanusiaan yang
diajarkan Islam.
Dengan didirikannya lembaga pendidikan pesantren oleh hasyim
Asy’ari, nampaknya memiliki tujuan yang mulia. Sebagaimana disebutkan oleh Muthohar (2007: 19) bahwa tujuan didirikannya
pesantren bukan hanya menciptakan manusia yang cerdas secara intelektual,
tetapi juga membentuk manusia yang beriman, bertaqwa beretika, berestetika,
mengikuti perkembangan masyarakat dan budaya, berpengetahuan, berketerampilan
sehingga menjadi manusia yang paripurna dan berguna bagi masyarakat.
Melihat pemaparan diatas, rasanya tidak berlebihan jika menyebut
Hasyim Asy’ari sebagai ulama sekaligus pejuang yang tangguh, dan beliau pun
telah berhasil dalam mengoptimalkan fungsi ideal pesantren. Karena menurut Muthohar
dalam bukunya yang berjudul “Ideologi Pendidikan
Pesantren“ mengatakan bahwa terdapat tiga fungsi pesantren antara
lain: lembaga pendidikan, lembaga sosial, dan penyiaran agama. Dan Hasyim
Asy’ari telah melakukan itu. Berangkat dari ketiga fungsi tersebut pesantren
memiliki integritas yang tinggi dengan masyarakat sekitar dan menjadi rujukan
moral bagi kehidupan masyarakat umum. Hal ini menjadikan pesantren sebagai
komunitas khusus yang ideal dalam bidang moral keagamaan. Ketiga fungsi tadi
merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, namun fungsi sebagai lembaga pendidikan
menjadi ujung tombak kehidupan pesantren.
Hasyim Asy’ari merupakan salah satu diantara para pahlawan yang
telah mengisi panggung sejarah Indonesia ini dengan kerja keras, keringat, air
mata dan darahnya. Dedikasi Hasyim Asy’ari untuk Indonesia telah banyak yang
diberikan, bahkan dalam sejarahnya beliau pernah bersama-sama dengan para
santrinya melawan penjajahan Belanda. Selanjutnya adalah giliran generasi
Indonesia sekarang untuk terus berkontribusi untuk kemajuan bangsa Indonesia di
masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, A. (2012). Penakluk
Badai, Novel Biografi Hasyim Asy'ari. (Didik, Ed.) Depok: Global Media
Utama.
Kholil, M. (2013). Kode Etik
Guru; Menurut Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy'ari Dan Relevansinya Dalam
Konteks Pendidikan Sekarang. Yogyakarta: Deepublish.
Muthohar. (2007). Ideologi
Pendidikan Pesantren. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Noor, R. M. (2010). KH. Hasyim Asy'ari Memodernisasi NU &
Pendidikan Islam. (H. Sucipto, Ed.) Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.