Membangun Kesadaran Untuk Saling Bantu
Oleh: Fajar Romadhon
Manusia
merupakan makhluk sosial, sehingga tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya
interaksi dan bantuan dari manusia yang lain. Oleh sebab itu tujuan
diciptakannya manusia di muka bumi ini selain untuk beribadah dan menjadi
khalifah adalah untuk saling ta’aruf (mengenal). Hal ini merupakan
fitrah yang telah Allah berikan kepada manusia. Saling mengenal menjadi kunci
pembuka untuk saling membantu. Namun yang perlu menjadi catatan adalah bahwa
jangan menunggu kenal terlebih dahulu kemudian kita tidak membantu seseorang
yang sedang kesulitan atau ditimpa musibah. Hanya saja terkadang apabila sudah
saling kenal dalam membantu pun akan lebih loyal (penuh kesetiaan). Saling
bantu dalam ajaran Islam tidak hanya sesama pemeluknya, melainkan membantu
non-muslim pun dibolehkan. Namun Islam membatasi pemeluknya hanya boleh
bekerjasama dan membatu non-muslim dalam hal yang sifatnya duniawi dan berkenaan
dengan muamalat, tidak dalam hal keimanan atau aqidah. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ (١٣)
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.
Al-Hujurat [49]: 13).
Membangun kesadaran
untuk saling bantu setidaknya ada tiga hal yang menjadi kunci pembukanya. Kunci
pertama adalah saling mengenal (ta’aruf) sebagaimana telah dijelaskan
diatas. Kedua adalah saling memahami (tafahum) dan ketiga saling
menanggung beban bersama (takaful). Jika ketiga kunci ini diterapkan
dalam kehidupan masyarakat maka akan tercipta kehidupan yang saling membantu
dan bahkan lebih dari pada itu. Begitu indah Islam mengajarkan nilai-nilai
kebersamaan dan persaudaraan. Dan ketiga kunci ini akan terakumulasi menjadi
suatu ikatan persaudaraan yang kokoh (ukhuwah). Dan ketiga kunci ini
menjadi sarana untuk mengupgrade atau memperbaiki hubungan masyarakat jika
terjadi perselisihan. Allah telah menegaskan bahwa orang mukmin itu saling
bersaudara. Allah berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ
إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تُرْحَمُونَ (١٠)
Artinya: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab
itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat
[49]: 10).
Kunci kedua sebagai upaya
membangun kesadaran untuk saling bantu adalah tafahum (saling memahami).
Tafahum (saling memahami), yaitu hendaknya seorang muslim memperhatikan
keadaan saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum
saudaranya meminta, karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang
harus ia tunaikan. Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad Saw., beliau
bersabda: “Barang siapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah
akan menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutupi aib
seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat. Allah selalu
menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya.” (HR. Muslim).
Kunci ketiganya adalah takaful
(saling menanggung beban bersama). Tidak sepatutnya seorang muslim itu berdiam
diri ketika melihat saudaranya kesulitan atau ditimpa musibah. Ciri seorang
muslim sejati adalah saling membantu dan saling menanggung beban bersama. Setelah mengenal dan memahami, maka yang diharapkan akan tumbuh rasa takaful (saling
menanggung beban bersama) dan
sikap ta’awun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan
menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat
menganjurkan kepada ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa.
Rasullullah Saw., telah mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya,
orang yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain. Oleh sebab itu jika kaum muslimin
menginginkan kesatuan yang kokoh maka rapatkan barisan berjama’ah (kebersamaan)
di segala bidang. Analoginya, seperti halnya satu batang lidi tidak akan bisa
membersihkan sampah, tetapi jika lidi-lidi disatukan menjadi satu ikatan yang
kuat dan kokoh maka sampah mana yang tidak bisa dibersihkan. Dan sesama muslim
atau bahkan kepada non-muslim pun jangan saling mendzolimi. Berikut dalil
Al-Qur’an dan Haditsnya:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى
الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (٢)
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”
(QS. Al-Maidah [5]: 2).
مَثَلُ
الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ
الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ
بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Artinya: “Perumpamaan orang-orang
beriman dalam hal bagaimana mereka saling mencintai, saling mengasihi, dan
saling menyayangi adalah seperti satu tubuh. Apabila ada sebagian dari tubuhnya
yang sedang sakit, maka bagian tubuh yang lain turut merasakannya, sehingga membuatnya
tidak bisa tidur dan demam”. (HR. Muslim).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا
وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ
وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً . الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ
يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ . التَّقْوَى
هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ
الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ
حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
Artinya: “Dari
Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa
sallam bersabda : Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah
dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah
dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak
menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya.
Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang
muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim
atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim).
Dengan
saling tolong-menolong akan banyak menuai manfaat, diantaranya adalah pekerjaan
akan cepat terselesaikan dan mendekati kesempurnaan, risalah Islam akan mudah
dan cepat tersebar luas, menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang, memperlancar
perintah Allah dalam amar ma’ruf nahi munkar, terciptanya tatanan masyarakat
yang adil dan makmur dan sebagainya.
Membangun perubahan tidak bisa dilakukan
dengan segelintir orang, oleh karenanya harus kolektif. Membangun perubahan
harus diawali dengan pembenahan paradigma atau mindset. Upaya membangun
komunitas atau masyarakat yang saling tolong-menolong harus diawali dengan
pembentukan kesadaran hidup berjama’ah. Kesadaran dan paradigma itu dapat dibentuk
dari ketiga kunci diatas; ta’aruf, tafahum, dan takaful/ ta’awun. Wallahu a'lam