Minggu, 05 Januari 2014

Pengabdian Pada Masyarakat


Pengabdian Pada Masyarakat
Oleh: Fajar Romadhon

            Mungkin dikalangan mahasiswa atau pegiat sosial masyarakat istilah pengabdian pada masyarakat sudah tidak asing lagi. Karena mereka yang hatinya sudah terpatri untuk mengabdi untuk khalayak akan senantiasa menebar manfaat dalam hidupnya. Banyak kisah-kisah inspiratif dari orang-orang yang menjadi pegiat sosial atau aktivis kemanusiaan. Bakhan dari pekerjaannya sebagai aktivis kemanusiaan itu mereka bisa keliling dunia. Para aktivis kemanusiaan tidak memandang suku, etnis, dan agama. Ketika ada musibah yang menimpa umat manusia, mereka akan segera beraksi untuk menolong. Panggilan jiwa dan ketulusan hati yang membuat mereka tetap konsisten menolong sesama.
            Penulis buku “100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia” yaitu Michael H. Hart menempatkan Muhammad Saw., diurutan paling pertama, karena sepanjang perjalanan sejarahnya Muhammad Saw., telah banyak meraih keberhasilan di semua bidang. Oleh sebab itu Allah Swt., menyebutkan bahwa dalam pribadi Muhammad Saw., terdapat teladan yang baik.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (٢١)
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21).
            Karena Michael H. Hart saja sebagai seorang nonmuslim menempatkan Muhammad Saw., diurutan pertama dalam bukunya, Maka penulis pun akan mengawali tulisan ini dari kisah inspiratif Muhammad Saw., dalam hal pengabdian pada masyarakat.
            Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Muhammad Saw., setiap hari memberikan dan menyuapkan makanan kepada seorang nenek buta dari kalangan Yahudi di suatu pojok pasar. Setiap kali Muhammad Saw., hendak menyuapkan makanan, beliau senantiasa melembutkannya terlebih dahulu agar mudah di telan oleh nenek buta tersebut. Namun dalam suatu percakapannya dengan Muhammad Saw., nenek buta tersebut menjelek-jelekan dan membenci Muhammad Saw. Dan Muhammad Saw., hanya diam dan tersenyum.
            Ketika Muhammad Saw., wafat, Abu Bakar Ash-Siddiq bertanya kepada Aisyah, “Wahai Aisyah amalan apa yang senantiasa dilakukan oleh Muhammad Saw., semasa hidupnya? Aisyah menjawab, “Beliau senantiasa memberikan makan kepada seorang nenek buta di pojok pasar. Maka Abu Bakar pun bergegas untuk melanjutkan amalan yang senantiasa dilakukan oleh Muhammad Saw., semasa hidupnya.
            Ketika Abu Bakar memberikan makanan kepada nenek buta tersebut, sang nenek buta langsung berkata, “Siapa engkau, dan kenapa bukan seperti biasanya engkau melembutkan makanan tersebut terlebih dahulu untuk memudahkanku menelannya? Kemudian dijawab, “Saya Abu Bakar Ash-Siddiq, dan orang yang senantiasa memberi dan menyuapkanmu makanan adalah Muhammad Saw., dan sekarang beliau telah wafat. Setelah mendengar jawaban dari Abu Bakar, nenek buta tersebut langsung menagis dan menyatakan diri masuk Islam.
            Itu hanya sebagian kecil dari keteladanan Muhammad Saw. Mengabdi untuk masyarakat tidak hanya kepada yang se-agama, se-suku atau se-etnis. Melainkan kepada seluruh umat manusia yang membutuhkan pertolongan. Muhammad Saw., sebagai pemimpin agama dan pemimpin negara dalam sejarahnya telah berhasil memberi cinta dan pelayanan terhadap yang dipimpinnya.
            Pesan untuk mahasiswa. Dalam Tridharma Perguruan Tinggi disebutkan salah satunya adalah pengabdian pada masyarakat. Oleh karenanya tidak dikatakan sebagai mahasiswa kalau tidak mengabdi dan tidak memiliki niat untuk mengabdi. Sehingga menjadi suatu keharusan kepada mahasiswa untuk mengabdi pada masyarakat. Karena mahasiswa itu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pengabdian dilakukan bukan untuk mencari popularitas dan pencitraan, tetapi untuk menciptakan kebaikan dan keharmonisan dalam hidup. Mengabdilah dengan semua kemampun yang dimiliki baik tenaga, finansial, akal fikiran/ ide, gagasan. Pengabdian pada masyarakat bukan masalah siap dan tidak siap, tetapi kesadaran. Masyarakat tidak menilai seberapa kayanya seseorang, tetapi karya dan kontribusi apa yang sudah diberikan untuk kemaslahatan masyarakat. Pada akhirnya yang dilihat adalah nilai kebermanfaatan pribadi seseorang bukan kekayaan dan popularitasnya. Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sosok KH. Hasyim Asy'ari