Kamis, 26 Desember 2013

Otak Ekspansi

Otak Ekspansi
Oleh : Fajar Romadhon

            Otak ekspansi merupakan otaknya para pejuang yang berjiwa revolusioner. Kata otak ekspansi hanyalah sebuah istilah saja. Istilah otak ekspansi, penulis pertama kali mendengarnya dari video taujih yang disampaikan oleh Ust. Anis Matta.
            Kita bisa belajar dari para sahabat Rasul dan tokoh-tokoh di Indonesia yang memiliki otak ekspansi itu. Otak ekspansi bisa diartikan juga sebagai otaknya orang-orang yang memiliki mental penyerang dan petarung. Sehingga kalau kita pelajari tipologi orang-orang yang memiliki mental penyerang dan petarung ini, maka kaidah pertama yang harus dipahami adalah bahwa ketika sudah melangkah, maka tiada kata untuk mundur kembali. Itulah otak ekspansi. Kita akan sedikit menggali sejarah orang-orang yang memiliki mental penyerang dan petarung itu.
            Dalam otak para petarung tidak ada istilah putus asa dan menyerah, kalaupun pernah mundur bukan berarti mereka kalah total, tetapi sejenak untuk mengatur strategi penyerangan kembali. Untuk tipikal seorang pemimpin atau panglima perang, istilah otak ekspansi harus bisa dimiliki dan dipraktekan. Kita mengenal sosok panglima perang umat Islam dahulu yang masyhur, beliau adalah Khalid Ibn Walid. Kita pun mengenal Bapak Proklamator Indonesia, beliau adalah Soekarno.
            Otak ekspansi. Bukan berarti otoriter dan diktator, tetapi sebuah ketegasan yang matang. Mental penyerang dan revolusioner merupakan karakter yang ada pada diri seorang pejuang. Dalam sejarah banyak yang menggambarkan bagaimana para pemimpin yang menggunakan istilah otak ekspansi ini menemukan kesuksesannya dalam memimpin. Dan terkadang pemimpin yang tidak memiliki mental seperti ini akan cenderung di intervensi dan mudah dipengaruhi orang lain yang memiliki kepentingan.
            Khalid Ibn Walid dalam kitab-kitab sirah pernah berujar “Sungguh lebih aku sukai suatu malam yang dingin dalam sebuah peperangan daripada bermalam dengan seorang wanita cantik”. Itulah seorang Khalid Ibn Walid, karakternya tegas dan mentalnya seperti petarung. Otak ekspansi yang dimiliki seorang mukmin harus didasari oleh optimisme atau keyakinan iman yang mendalam kepada Allah. Iman kepada Allah-lah yang menjadikan Khalid Ibn Walid seperti itu. Sehingga hidupnya diorientasikan hanya untuk Allah.
            Di Indonesia punya sejarah yang fenomenal. Aktornya adalah seorang pemuda yang pernah menjadi presiden pertama Republik Indonesia ini, beliau adalah Soekarno. Istilah otak ekspansi bisa direpresentasikan kepada Soekarno. Saat-saat menjelang kemerdekaan, golongan tua dan golongan muda berseteru terkait rencana kemerdekaan bangsa Indonesia. Golongan muda akhirnya berhasil membawa Soekarno. Dan ketika melihat situasi dimana terjadi kekosongan kekuasaan dan Jepang telah menyerah tanpa syarat pada sekutu. Pada saat momentum itulah Soekarno membacakan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia yang dihadiri oleh beberapa tokoh-tokoh penting Indonesia. Akhirnya Indonesia merdeka. Kalau pada waktu itu Soekarno dan golongan muda tidak menginisiasi kemerdekaan indonesia, mungkin Indonesia akan lama merdekanya.
            Sebenarnya Indonesia belum siap untuk merdeka, tetapi Soekarno melihat momentum yang tepat. Maka Soekarno langsung memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Itulah otak ekspansi yang dimiliki Soekarno. Coba perhatikan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia:
“Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia, hal-hal yang menyangkut pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.”

            “Diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya” merupakan sebuah isyarat belum sempurnanya kemerdekaan Indonesia. Tetapi Soekarno memandangnya yang penting merdeka terlebih dahulu, untuk menyempurnakannya sambil berjalan. Cerdas dan brilian. Istilak otak ekspansi akan lebih kuat dengan kedalaman iman kepada Allah dan kedalaman ilmu yang matang. Wallahu a'lam

Minggu, 01 Desember 2013

Bangkit dan Berkarya

Bangkit Dan Berkarya
Oleh : Fajar Romadhon

            Judul bangkit dan berkarya yang penulis cantumkan, terinspirasi dari visi bakal calon Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (BEM REMA UPI) 2014, yaitu Achmad Faqihuddin.
            Bangkit dan berkarya merupakan kata kerja yang kini harus terimplementasikan dalam pentas sejarah peradaban Indonesia. Bangkit dari keterpurukan dan berkarya untuk kejayaan. Problematika negeri ini sudah cukup banyak, namun solusi yang tersedia belum cukup untuk menjawab segala problematika yang ada. Rasanya kurang etis kalau hanya mengutuk Indonesia tercinta ini karena  problematika yang ada tanpa menghadirkan solusi dan gagasan-gagasan besar untuk perbaikannya. Karena siapa lagi yang akan menyelesaikan problematika negeri ini kalau bukan aku, kamu dan kita semua sebagai warga Indonesia.
            Indonesia butuh optimisme dan ide-ide besar untuk bisa bangkit dan berkarya. Kini saatnya Indonesia menutup lembaran kelamnya dan membuka lembaran baru, namun jangan pernah melupakan sejarah. Jangan sampai cara berfikir kita parsial dan menciut ketika dihadapkan dengan berbagai problematika. Ada pepatah Arab yang mengatakan “Kullu Marhalatin Rijaluha” jadi setiap tingkatan atau zaman itu ada laki-lakinya (pahlawan). Berbeda zaman akan berbeda pula problematikanya, dan setiap problematika itu ada pahlawan yang akan menjadi inisiator untuk menyelesaikannya.
            Belajar dari kisah para pemuda kahfi yang terasing demi kebenaran hakiki, menjadi inspirasi untuk bangkit dan berkarya. Allah Swt., berfirman dalam Q.S. Al-Kahfi [18]: 13-14. Artinya: “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk” (13). “Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan Kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; Kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, Sesungguhnya Kami kalau demikian telah mengucapkan Perkataan yang Amat jauh dari kebenaran” (14). Berdiri, penulis artikan sebagai bangkit dan berkata sebagai bentuk karyanya, karena karya tidak hanya berbentuk materi. Begitu dahsyatnya Al-Qur’an surat Al-Kahfi, menyandingkan pemuda dengan istilah bangkit dan berkarya. Karena yang akan menyelesaikan problematika negeri ini adalah para pemuda yang beriman pada Allah Swt,. Dan di setiap kebangkitan, pemuda menjadi rahasia dan pembuka kunci keberhasilannya.
            Bangkit harus disertai pula dengan optimisme dan keberanian, karena optimisme dan keberanian menjadi nafas yang akan meneguhkan serta mengokohkan. Untuk bangkit setidaknya ada sebuah rekonstruksi cara berfikir, dari cara berfikir lama menjadi cara berfikir yang baru. Artinya ada sebuah modifikasi dan inovasi, yang tetap berpedoman pada prinsip dan kaidah yang benar. Sebagaimana dalam buku karya Jalaludin Rakhmat yang berjudul Rekayasa Sosial, bahwa untuk melakukan perubahan atau kebangkitan, maka upaya pertama yang harus dilakukan adalah benahi terlebih dahulu cara berfikirnya.
            Ide-ide dan gagasan-gagasan besar untuk perbaikan Indonesia itulah yang dibutuhkan saat ini. Tentunya ide-ide dan gagasan-gagasan besar yang disertai dengan implementasi yang nyata. Bukan hanya sekedar wacana dan jargon kosong tanpa isi. Sehingga ide dan gagasan besar yang diimplementasikan itulah yang disebut sebagai karya. Begitulah sejarah mencatat para pahlawan Indonesia dahulu dengan karya-karyanya yang hebat. Kini bumi pertiwi merindukan akan lahirnya para pahlwan baru yang siap bangkit dan berkarya untuk Indonesia yang lebih baik. Wallahu a'lam

Senin, 25 November 2013

Kepahlawanan Bocah Pekerja Malam

Kepahlawanan Bocah Pekerja Malam
Oleh : Fajar Romadhon

            Roda kehidupan akan senantiasa berputar sampai menemukan titik stagnasinya. Problematika dalam hidup bagaikan bumbu penyedap dari kehidupan itu sendiri. Tantangan-tantangan dalam hidup merupakan stimulasi kehidupan yang Tuhan sediakan untuk merangsang munculnya naluri kepahlawanan dalam diri seseorang. Namun, ada sebagian orang yang menganggap bahwa masalah itu sebagai beban dan ada lagi yang menganggapnya sebagai sarana latihan penempaan diri.
            Penulis hendak menuliskan kisah kehidupan bocah pekerja malam. Kisah ini diambil dari realitas yang penulis lihat sehari-hari. Sebuah kisah nyata. Patut disadari dan disyukuri bersama bahwa apa yang kita miliki sekarang adalah karunia Tuhan yang paling baik. Karena keadilan Tuhan merata kepada seluruh makhluk ciptaannya sesuai dengan proporsionalnya.
            Hampir setiap malam, penulis sering menjumpai bocah-bocah yang baru pulang dari pekerjaannya dengan memanggul beban karung yang dibawanya. Merekalah bocah pekerja malam, yang mengais rezeki dengan mengumpulkan barang-barang bekas atau rongsokan. Mereka setiap hari berangkat bekerja dari jam 18.30 malam dan pulang jam 23.00 malam. Mereka bekerja untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikannya. Tak jarang pula terkadang orang tuanya pun ikut serta dalam pekerjaan tersebut. Miris sekali penulis melihatnya, bocah-bocah itu berkembang tidak sesuai dengan bocah-bocah sezamannya.
            Penulis sangat hobi sekali membaca buku-buku dan menonton film-film  motivasi serta serial kepahlawanan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari buku-buku dan film-film itu terakumulasi menjadi suatu impian dan obsesi besar untuk membantu dan menuntaskan problematika yang ada di Indonesia. Seakan-akan  penulis ingin menjadi pahlawan kebajikan yang kini semakin hilang dari peradaban Indonesia.
           
            Jika setiap malam mereka bekerja, maka setiap pagi mereka mencari ilmu di bangku sekolah. Belajar dan bekerja itulah keseharian mereka. Bahkan mereka ada yang berdagang, menjajakan barang dagangannya ke setiap orang. Alam telah menempa mereka untuk menjadi pahlawan yang mandiri. Pahlawan bagi dirinya dan orang tuanya. Penulis melihat dalam raut wajah mereka tidak ada rasa kecewa sedikit pun, walaupun mereka berbeda dengan bocah-bocah sezamannya. Tersirat dalam raut wajahnya bahwa kelak nanti mereka akan mengubah kondisi keluarganya. Walaupun kini bocah-bocah itu harus bekerja dan mencari nafkah. Naluri kepahlawanannya muncul. Karena mereka yakin bahwa pekerjaan-pekerjaan besar dalam sejarah hanya dapat diselesaikan oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan. Tantangan-tantangan besar dalam sejarah hanya dapat dijawab oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan. Naluri kepahlawanan itu tumbuh seiring dengan alam yang menempanya menjadi pahlawan sejati.
            Melihat kisah kepahlawanan bocah-bocah itu, maka penulis pun terobsesi ingin menjadi pahlawan untuk mereka. Mereka tidak selamanya dibiarkan seperti itu, mereka harus diberikan tempat terhormat dalam panggung sejarah ini. Penulis mengagumi sisi kemandirian dari para bocah-bocah itu. Kepahlawanan bocah-bocah itu tidak usah dikagumi tapi diteladani sisi-sisi kebaikan dari kepahlawanannya. Oleh sebab itu penulis ingin memberikan apresiasi kepada mereka. Apresiasi harta, pikiran dan tenaga penulis. Karena penulis mengenal sebuah kaidah kepahlawanan bahwa orang-orang biasa yang melakukan kerja-kerja besar itulah yang dibutuhkan di saat krisis. Bukan orang-orang yang tampak besar tapi hanya melakukan kerja-kerja kecil. Penulis hanya orang biasa yang mencoba untuk berkarya besar, jika para penguasa tidak merepon realita seperti ini maka penulis yang akan bertindak. Karena penulis ingin menjadi pahlawan yang bekerja dalam diam dan sunyi untuk banyak orang, sampai nafas terakhir.
            Bocah-bocah itu sudah berani menanggung beban keluarganya dalam mencari nafkah. Keberanian inilah yang ingin penulis apresiasi juga. Mereka mengerjakan pekerjaan yang sebetulnya belum saatnya, tapi mereka berani menanggung resiko pekerjaan ini. Karena pekerjaan-pekerjaan besar atau tantangan-tantangan besar dalam sejarah senantiasa membutuhkan kadar keberanian yang sama besarnya dengan pekerjaan-pekerjaan atau tantangan-tantangan itu. Naluri kepahlawanannya sudah menggelora. Oleh sebab itu naluri kepahlawanan adalah akar dari pohon kepahlawanan. Sedangkan keberanian adalah batang yang menegakkan dan menguatkannya. Selain itu mereka sabar dalam menghadapi dan menjalani kehidupan ini. Mereka berani menanggung resiko dan sabar dalam menjalani semuanya. Oleh karena itu tidak ada keberanian yang sempurna tanpa kesabaran. Sebab kesabaran adalah nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah keberanian bertahan dalam diri seorang pahlawan.
            Penulis berusaha meneladani sisi kebaikan dan kepahlawanan dari bocah-bocak pekerja malam ini. Naluri kepahlawanan yang bergelora, rasa tanggung jawab kepada orang tua dan keluarga, keberanian, dan kesabaran. Itulah nilai-nilai kebajikan yang harus diteladani oleh khalayak. Penulis ingin memberikan fasilitas pendidikan yang baik kepada bocah-bocah pekerja malam itu. Karena pendidikan yang baik serta fasilitas kehidupan yang baik akan menjadikan mereka pahlawan yang akan mengantarkan perubahan bangsa Indonesia ini ke arah yang lebih baik. Calon-calon pahlawan bangsa ini harus diberikan tempat terbaik dan terhormat dalam pentas sejarah bangsa ini. Semoga impian penulis untuk menjadikan mereka pahlawan-pahlawan bangsa ini dapat terwujud. Wallahu a'lam.



Kamis, 13 Juni 2013

Indonesia Memanggil

Indonesia Memanggil
Oleh: Fajar Romadhon

            68 tahun refleksi kemerdekaan Indonesia. Indonesia berada dalam keterpurukan dan suasana pekat yang mencekam. Berbagai problematika bangsa ini yang tak kunjung usai dan semakin bertambah banyak, hanya akan menjadi bumbu yang akan menjatuhkan Indonesia pada jurang kehinaan. Negeri ini menangis, merindukan kembali Indonesia yang indah dan elok. Jiwa-jiwa yang berserakan itu belum sadar kalau negeri ini sedang membutuhkan uluran tangannya. Memang benar adanya kalau Anis Matta pernah mengatakan Indonesia ini tidak akan berdiri hanya dengan darah satu orang, hanya dengan keringat satu orang, hanya dengan air mata satu orang, hanya dengan ide satu orang. Oleh karena itu Indonesia masa depan tidak membutuhkan satu orang presiden, tapi membutuhkan sebuah tim impian.
            Hampir setiap hari di Indonesia ada pemberitaan tentang kasus kriminalitas, pembunuhan, pemerkosaan, tawuran, free sex, korupsi dan sebagainya. Belum lagi kekayaan alam bangsa ini, yang sebagian besarnya dikuasai oleh korporasi-korporasi asing. Negeri ini memang kaya, namun masih bisa dibodohi. Indonesia ini butuh tangan-tangan kreatif untuk menyulap dan mengoptimalkan kekayaan Indonesia menjadi hal yang produktif dan bermanfaat.
            Sederet masalah-masalah tadi, semuanya itu adalah imbas dari kurangnya pendidikan yang diberikan kepada masyarakat Indonesia. Sehingga masyarakat mengalami degradasi moral di berbagai aspek kehidupan. Degradasi moral menjadi masalah serius yang harus diselesaikan oleh bangsa ini. Menjadi solusi yang tepat atas degradasi moral ini, adalah dengan benahi sistem pendidikan di Indonesia. Pemerataan pendidikan harus ada di Negeri ini. Sehingga setiap strata masyarakat dapat mengenyam pendidikan dengan mudah. Pendidikan bukan hanya menjadikan seseorang cerdas intelektualnya lebih dari pada itu pendidikan harus bisa menjadikan pribadi seseorang yang berkarakter dan beradab.
            Sungguh miris ketika melihat kondisi pemuda Indonesia sekarang. Seakan-akan gelora kepemudaannya hilang tersapu oleh arus zaman. Seakan-akan ada kabut yang menutupi, sehingga pemuda lupa akan sejarah dan peranan gemilangnya. Pemuda adalah pewaris peradaban dan pemimpin masa depan. Masa depan bangsa ini ditentukan oleh para pemudanya. Hasan Al-Banna pernah berkata, di setiap kebangkitan, pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran, pemudalah pengibar panji-panjinya. Dalam sejarahnya banyak para pemuda yang andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ini. Pemuda sekarang harus mengetahui sejarah gemilangnya, dan kembali memulai untuk berkarya demi mengharumkan bangsanya. Ada sebuah buku dengan judul menagih kiprah pemuda, judul ini nampak menuntut sebuah eksistensi, meminta sebuah relisasi dan menginginkan pembuktian peran pemuda. Peran pemuda sebagai agent of change, iron stock dan social control harus bisa terinternalisasi dalam jiwa pemuda untuk direalisasikan. Pemuda harus bangkit dari keterpurukan, tidak lagi menutup mata atas masalah-masalah yang ada di Indonesia ini. Maka yang harus dilakukan pemuda adalah bersatu, bergerak dan berkarya untuk tuntaskan perubahan di Indonesia. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan “jangan kau tanyakan apa yang akan Indonesia berikan padamu, tapi tanyalah apa yang akan kau berikan untuk Indonesia”. Jiwa-jiwa yang berserakan itu adalah para pemuda, maka bersatulah. Tangan-tangan kreatif itu adalah para pemuda, maka berkaryalah. Tunas-tunas bangsa itu adalah para pemuda, maka pimpinlah Indonesia dengan baik. Kini Indonesia memanggil dan menagih kiprahmu wahai pemuda.
            Mengapa harus pemuda ? Karena dibalik rahasia kebangkitan, kuncinya adalah para pemuda. Dan yang dapat menyelesaikan problematika ini adalah para pemuda. Pemuda memiliki empat kekuatan yang tidak dimiliki  siapapun keculai oleh para pemuda itu sendiri. Pertama idealisme, pemuda dalam mengaplikasikan ide-idenya senantiasa didrive oleh nilai-nilai moral yang bersumber dari agama atau kultur masyarakatnya. Bukan keuntungan dan jabatan yang dicari, namun terealisasinya ide-ide itulah yang menjadi harapannya. Kedua intelektual, masa muda senantiasa ditandai dengan gaya berfikir yang argumentatif-ilmiah dan mengukur segala sesuatunya dengan logis-empiris. Ketiga sikap kritis dan kepekaan sosial, pemuda tidak hanya menonjolkan ranah pemikirannya, tapi pemikiran yang benar itu terejawantahkan dalam kepekaan terhadap sosialnya. Dan akan ada sikap perlawanan dari para pemuda, jika ada siapapun yang akan menghalangi pergerakan pemuda dalam merealisasikan cita-citanya. Keempat keberanian, dalam merealisasikan ide-idenya pemuda memiliki keberanian dalam menanggung setiap risiko yang akan dihadapinya. Dan pada titik inilah terakumulasi antara keberanian, kecerdasan dan kebenaran. Bangkitlah wahai pemuda, harapan itu masih ada. Buatlah Indonesia kembali tersenyum bahagia. Merdeka pemuda Indonesia. Wallahu a'lam.

Kamis, 04 April 2013

Cinta dan Harapan dalam Da'wah

Cinta Dan Harapan Dalam Da’wah
Oleh: Fajar Romadhon

Sedari dulu da’wah adalah jalan yang satu, jalan para Nabi dan Rasul serta para sahabat. Jalan yang implementasinya perlu iman, amal, cinta dan persaudaraan. Da’wah bukan hanya menyeru dan mengajak seseorang, lebih dari pada itu da’wah harus bisa dimanifestasikan dalam bentuk menumbuhkembangkan, merawat dan melindungi orang yang telah kita ajak dalam barisan da’wah ini dengan cinta dan harapan. Da’wah itu seperti kita menanam pohon, yang senantiasa harus kita rawat dan lindungi dari berbagai gangguan-gangguan.
Seperti halnya Rasulullah yang berda’wah penuh dengan cinta dan harapan. Kisah Rasul ketika berda’wah di Thaif menjadi salah satu bukti kisah inspiratif, yang menjadi pengejawantahan cinta dan harapan dalam berda’wah. Da’wah Rasul di Thaif tidak berbuah mulus, hanya mendapat lemparan batu dan kotoran unta, ejekan, hinaan dan penolakan dari penduduk Thaif. Saat itu pula malaikat Jibril menawarkan sesuatu pada Rasul: “Ya Rasulullah apakah engkau ingin aku (jibril) timpakan dua gunung uhud kepada penduduk Thaif karena telah menolak seruanmu ?”. Rasul menjawab dengan penuh cinta dan harapan: “Wahai jibril, janganlah engkau timpakan penduduk Thaif dengan dua gunung uhud itu, mungkin ada salah satu anak cucu dari mereka yang memeluk Islam”. Subhanallah
Karena pada dasarnya hidayah hanya akan Allah berikan kepada mereka yang dikehendaki-Nya, walaupun berbagai usaha telah kita lakukan. Sebagaimana firman Allah :

Sosok KH. Hasyim Asy'ari